Senin 06 Nov 2023 21:48 WIB

Airlangga: 8,0 Miliar Dolar AS Devisa Eksportir Masih di Luar Negeri

Pertumbuhan ekspor Indonesia tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,26 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengadakan Konferensi pers PDB Kuartal III 2023 serta stimulus fiskal di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (6/11/2033).
Foto: Republika/ Novita Intan
Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengadakan Konferensi pers PDB Kuartal III 2023 serta stimulus fiskal di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (6/11/2033).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa saat ini sekitar 8,0 miliar dolar Amerika Serikat (AS) devisa eksportir masih tersimpan di luar negeri.

Oleh karena itu, ia menyampaikan bahwa pihaknya akan terus mengevaluasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).

Baca Juga

“Kita akan lakukan relaksasi terhadap DHE, karena DHE belum maksimal dalam tiga bulan ini, dan kita masih bisa melihat potensi 8 miliar dolar AS dari devisa ini yang masih parkir di tempat lain (luar negeri),” kata Menko Airlangga dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin.

Terkait dengan ekspor dan impor pada kuartal III-2023 yang terkontraksi, Airlangga menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah terus diarahkan untuk meningkatkan ekspor-impor. Contohnya pemerintah memperbolehkan sektor manufaktur untuk dapat ekspor ke dalam lebih dari 50 persen.

"Tentu kita juga melihat demand (ekspor impor) sendiri relatif melemah, oleh karena itu beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah, termasuk kebijakan dalam negeri adalah membolehkan sektor manufaktur yang biasanya ekspor bisa ke dalam 50 persen, ini direlaksasi lebih dari 50 persen,“ ujarnya.

Adapun berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekspor Indonesia tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,26 persen dan impor mengalami kontraksi 6,18 persen.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa kinerja sektor manufaktur Indonesia yang saat ini tumbuh positif akan mampu mengimbangi pelemahan ekspor dan impor.

“Manufaktur cukup seimbang antara permintaan domestik dan ekspor, sehingga permintaan domestik yang tumbuh sehat akan bisa jadi penopang bagi kompensasi ekspor atau permintaan eksternal yang melemah,” kata Sri Mulyani.

Meningkatnya permintaan domestik pada industri manufaktur ditopang oleh industri barang logam yang mencakup komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik yang tumbuh 13,68 persen year on year (yoy).

Kemudian, industri logam dasar yang 10,86 persen yoy, industri alat angkutan tumbuh 7,31 persen yoy, serta industri barang galian bukan logam tumbuh 7,20 persen yoy.

Di samping itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Oktober masih terjaga pada level ekspansif, yakni 51,5. Meski melemah, namun capaian tersebut menandakan ekspansi manufaktur Indonesia terjaga berturut-turut selama 26 bulan terakhir.

Kendati demikian, Menkeu mengatakan akan tetap mewaspadai pelemahan kinerja ekspor dan impor. Ke depan, pemerintah akan terus memantau outlook perekonomian pada negara maju.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement