REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar Hirawan menilai pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III 2023 cukup optimal meskipun masih di bawah lima persen.
"Perekonomian kita di kuartal III ini masih tumbuh positif 4,94 persen secara year on year (yoy). Meskipun di bawah lima persen, pertumbuhan ini masih cukup optimal di tengah kondisi ketidakpastian akibat konflik maupun perlambatan ekonomi global," kata Fajar ketika dihubungi di Jakarta, Senin (6/11/2023).
Ia menjelaskan, dari sisi domestik, sektor pertanian yang berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) memang tumbuh melambat hanya 1,46 persen, salah satunya akibat kondisi El Nino. Selain itu, di dalam sektor pertanian juga terdapat sektor perkebunan seperti sawit yang tidak bisa terlalu diandalkan karena sangat bergantung pada kegiatan perdagangan ekspor-impor.
"Kondisi ini menunjukkan perekonomian nasional tidak bisa bergantung pada sektor pertanian," ujar Fajar.
Meski demikian, Fajar melanjutkan, terdapat sektor pendorong pertumbuhan ekonomi yang bertumbuh positif atau di atas 5 persen seperti industri manufaktur mencapai 5,2 persen (yoy) dan perdagangan 5,08 persen (yoy). Sementara, sektor transportasi dan pergudangan juga bertumbuh dua digit.
"Sektor-sektor ini yang perlu terus dijaga untuk menjaga perekonomian tetap tumbuh di kisaran lima persen hingga akhir 2023," kata dia.
Fajar menyampaikan, pertumbuhan ekonomi kuartal III yang tumbuh di bawah lima persen memang sesuai dengan perkiraan karena ekonomi Indonesia tidak terlepas dari kondisi ketidakpastian global. Ia menyebutkan, kondisi konflik geopolitik antarnegara maupun perlambatan ekonomi negara-negara ekonomi besar seperti China dan Amerika perlu diantisipasi.
Jika konflik geopolitik semakin meluas, akan berdampak pada pasokan komoditi penting seperti energi dan pangan. "Tentu ini yang perlu diwaspadai pemerintah kita agar ada antisipasi jika dampak kondisi global semakin menekan perekonomian kita," ujar Fajar.