Senin 06 Nov 2023 12:12 WIB

Sri Mulyani: Gejolak Global Datang Bertubi-Tubi, Ekonomi Terus Melemah

Indonesia sebagai negara berkembang dan emerging market sangat terpengaruh gejolak.

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Foto: Dok. Bea Cukai
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengungkapkan kondisi gejolak perekonomian dunia yang harus diwaspadai. Bahkan kondisi yang lebih buruk dengan lemahnya perekonomian dan tingginya ketidakpastian dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan gejolak dunia bertubi-tubi sangat memengaruhi perekonomian seluruh negara, setelah pulih dari pasca Covid kemudian muncul perang geoopolitik dan harga komoditas.

Baca Juga

“Ini gejolak dunia yang harus diwaspadai, karena gejolaknya bertubi-tubi maka perekonomian dunia berpengaruh lebih lemah. IMF menunjukkan perekonomian 2024 nanti akan melemah atau sama bahkan melemah dari 2023,” ujarnya saat webinar Penyerahan Insentif Fiskal Dalam Rangka Pengendalian Inflasi Daerah Periode Ketiga TA 2023, Senin (6/11/2023).

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global sebesar tiga persen, sementara 2024 melemah ke 2,9 persen. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan beberapa negara maju. 

Ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih tumbuh menguat ditopang oleh konsumsi dan sektor jasa. Eropa masih berat pulih dan China alami perlambatan yang lebih buruk dari yang diperkirakan.

"Perekonomian Tiongkok menunjukkan perlambatan dipengaruhi pelemahan konsumsi dan krisis sektor properti," ucapnya.

Inflasi AS juga dimungkinkan masih tinggi, sehingga peluang kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Federal Reserve makin terbuka. Adapun situasi ini akan terjadi juga banyak negara maju lainnya.

"Untuk mengendalikan inflasi suku bunga kebijakan moneter di negara-negara maju termasuk fed fund rate diperkirakan masih tetap berada pada level yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ucapnya.

Menurutnya Amerika Serikat sesudah terkena inflasi tinggi kemudian suku bunga tinggi ekstrem lima persen dalam 14 bulan telah menyebabkan capital outflow dari seluruh negara, artinya modal kembali ke AS yang menyebabkan seluruh dunia mengalami depresiasi mata uang, pasti memengaruhi inflasi yang berasal dari barang impor terkena dampak dari kondisi di Amerika Serikat.

Di Tiongkok, menurut Sri Mulyani, selama ini menyumbang perekonomian kedua terbesar di dunia, cenderung ekonominya melemah. Hal ini akan memengaruhi harga komoditas, demand komoditas menjadi menurun.

“Apakah itu CPO, batubara, akan terasa sekali, dinamika itu akan terasa sekali,” ucapnya.

Di Eropa menurut Sri Mulyani perekonomian tidak hanya terkena dampak dari harga minyak saja, perang Ukranina Rusia, sekarang Hammas dan Israel juga akan berpotensi melebar ke seluruh Timur Tengah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement