REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurang dari setahun, Pemerintahan Presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin akan habis. Sejumlah Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menjadi andalan Jokowi selama memerintah pun masih dalam proses pengerjaan yang diharap bisa rampung sebelum pergantian pemerintahan.
Mengacu kepada Peraturan Menko Perekonomian Nomor 21 Tahun 2022 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menko Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional, sedikitnya ada 210 PSN yang tengah digarap.
Khusus di sektor energi, ada 16 PSN di berbagai lokasi yang masih dalam pengerjaan. Dari belasan proyek tersebut terdapat dua proyek yang bertalian langsung untuk mendukung transisi energi bersih.
Proyek pertama yakni pembangunan Bio Refinery Revamping dan Hidrogenasi CPO Refinery Unit IV Cilacap di Jawa Tengah, kemudian Green Refinery Unit III Plaju di Sumatera Selatan, serta Proyek Katalis Merah Putih Pupuk Kujang di Cikampek, Jawa Barat.
Ketiga proyek ini diperkirakan memakan dana sebesar Rp 16,09 triliun dengan skema pendanaan oleh BUMN. Adapun, penanggung jawab proyek langsung di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Berdasarkan catatan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), status perkembangan ketiga proyek tersebut masih dalam tahap konstruksi dan diharapkan bisa beroperasi 2024. Namun, khusus untuk proyek Katalis Merah Putih, Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto telah memastikan proyek tersebut akan diresmikan dalam waktu dekat sebelum Presiden Jokowi pensiun.
“Mohon bapak presiden dapat meresmikan dalam waktu dekat,” ujar Airlangga beberapa waktu lalu saat memaparkan delapan PSN yang siap diresmikan.
Proyek pabrik Katalis Merah Putih ini digadang-gadang bisa menghasilkan katalis untuk memproduksi green fuel sehingga dapat berkontribusi pada pengembangan energi baru terbarukan. Nilai proyek ini tercatat mencapai Rp 286 miliar.
Selanjutnya proyek kedua adalah pengembangan biofuel dari metanol dan etanol di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Proyek ini diketahui untuk mendukung penerapan bauran bahan bakar fosil dan nabati untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak.
Selain kedua proyek itu, pemerintah juga memiliki proyek Pengembangan Lapangan Ubadari, fasilitas Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) serta UCC Project di Teluk Bintuni. Singkatnya, proyek ini ditujukan untuk meningkatkan produksi gas yang lebih ramah lingkungan dibandingkan minyak sekaligus untuk mengurangi emisi karbon.
Proyek ini dibiayai oleh Konsorsium BP Tangguh sebesar Rp 38 triliun dan meningkatkan tambahan gas dari proyek UCC sebesar 900 MMSCFD dan pengurangan emisi karbon sekitar 25 metrik ton.