Jumat 27 Oct 2023 23:48 WIB

Rupiah Melemah, Ini Dampaknya ke Industri Manufaktur

Dampak depresiasi kurs rupiah saat ini tengah dirasakan oleh industri manufaktur.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Tangkapan layar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Foto: Republika/Dian Fath Risalah
Tangkapan layar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, dampak depresiasi kurs rupiah saat ini tengah dirasakan oleh industri manufaktur. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sebelumnya menyebabkan kenaikan biaya impor bahan baku dan logistik, kini diikuti pula oleh kenaikan suku bunga pinjaman perbankan bagi sektor manufaktur. 

Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan ke level 6 persen. Sebelumnya di posisi 5,75 persen yang bertahan sejak Januari 2023. Kondisi ini, kata Agus, mendorong industri manufaktur menghitung ulang biaya produksi. Sebagian industri bahkan memangkas margin keuntungan untuk menanggung beban biaya produksi. 

Baca Juga

 

Hanya saja, para pelaku industri berskala yang lebih kecil terpaksa melakukan penyesuaian harga akibat semakin meningkatnya harga bahan baku dan biaya produksi. “Kami memandang keputusan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan telah berdasarkan penilaian menyeluruh terhadap inflasi di Tanah Air,” ujar Menteri Perindustrian di Jakarta, Jumat (27/10/2023).

Meski begitu, Menperin berharap inflasi di Indonesia masih bisa terkontrol dan tidak ada perubahan pada berbagai faktor lainnya yang akan turut meningkatkan biaya produksi pada sektor industri. Misalnya, kata dia, yaitu isu kenaikan harga gas industri atau kenaikan tarif listrik, sehingga biaya produksi dapat dijaga agar tetap stabil dan produk industri menjadi kompetitif.

Ia menambahkan, kementerian yakin bank sentral memiliki berbagai instrumen untuk menjaga stabilitas. Selain itu, sambungnya, perbankan juga dapat mendukung sektor industri yang selama ini menjadi penyumbang pajak serta memberikan kontribusi ekonomi tertinggi. 

“Sehingga kami tetap optimis bahwa manufaktur akan tetap tumbuh,” tegas dia.

Agus menyampaikan, langkah utama yang perlu dilakukan guna mendukung sektor industri dalam negeri agar tetap mampu produktif dan berdaya saing dalam situasi saat ini adalah meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. 

Selain meningkatkan penguasaan produk dalam negeri di pasar domestik, belanja produk dalam negeri juga mampu menurunkan impor yang dapat berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Kemenperin mendorong realisasi komitmen belanja Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah maupun BUMN tahun 2023 sebesar Rp 1.157,47 triliun. Saat ini, rata-rata realisasi anggaran nasional mencapai 66,78 persen per 23 Oktober 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement