Rabu 25 Oct 2023 23:23 WIB

Optimalkan Produksi Minyak WK Rokan, PHR Lakukan Transformasi Digital

Salah satu upaya yang dilakukan adalah penggunaan teknologi terbaru di lapangan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Fasilitas Ruang Digital & Innovation Center (DICE) PT Pertamina Hulu Rokan sebagai pusat kontrol seluruh operasional di Wilayah Kerja Rokan, Riau.
Foto: Republika/ Dedy Darmawan
Fasilitas Ruang Digital & Innovation Center (DICE) PT Pertamina Hulu Rokan sebagai pusat kontrol seluruh operasional di Wilayah Kerja Rokan, Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya meningkatkan produksi minyak di Wilayah Kerja (WK) Rokan, yang termasuk dalam ikhtiar pencapaian target satu juta barel minyak per hari (BOPD) di tahun 2030. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan penggunaan teknologi terbaru di lapangan melalui tranformasi digital.

Corporate Secretary PHR, Rudi Arrifianto mengatakan, untuk mencapai target produksi migas 1 juta BOPD di tahun 2030, pihaknya terus berinovasi melalui teknologi dan digitalisasi. 

Baca Juga

“Tak bisa dipungkiri, industri migas saat ini menghadapi banyak tantangan. Akan tetapi, dengan bantuan teknologi baik dari sisi teknis maupun IT, kami berupaya untuk memberikan hasil yang terbaik demi memenuhi target produksi migas dan memenuhi kebutuhan energi nasional,” kata Rudi dalam Kunjungan Lapangan Media di Pekanbaru, Riau, Selasa (24/10/2023).

PHR merupakan perusahaan yang bertindak sebagai operator dalam pengelolaan WK Rokan, mulai dari 9 Agustus 2021 hingga 8 Agustus 2041. Produksi dari WK Rokan mencerminkan seperempat dari produksi minyak mentah Indonesia dan sepertiga dari keseluruhan produksi Pertamina yang 100 persen hasilnya diolah kilang Pertamina. 

“Wilayah Kerja Rokan adalah lapangan migas terbesar dengan luas sekitar 6.200 km persegi yang mana kondisi peralatannya harus dijaga kehandalannya, oleh karena itu transformasi digital menjadi salah satu kunci untuk menjaga produksi dan efisiensi operasional di WK ini,” kata Rudi.

Sementara itu, Vice Presiden IT OHR, Triatmojo Rosewanto, menyampaikan transformasi digital merupakan hal yang sangat penting dan memiliki peran yang signifikan dalam peningkatan produksi di wilayah kerja PHR.

Menurutnya, transformasi digital sektor industri migas merupakan bagian dari strategi Indonesia Oil dan Gas (IOG) 4.0 yang sedang dijalankan. Digitalisasi industri migas memungkinkan seluruh operasional utama migas diintegrasikan dan dipantau melalui sistem terpusat. Berbagai aktivitas yang dipantau ialah yang meliputi pengeboran, monitoring pengapalan, lifting, inventory hingga operasional produksi.

“Inilah yang menginisiasi kami untuk membangun Digital and Innovation Center (DICE) PT PHR,” kata dia.

Menurut Tri, DICE dibagun untuk mempercepat pengambilan keputusan oleh manajemen supaya manajemen mendapat informasi yang lengkap, akurat dan terpercaya sehingga keputusan yang diambil tersebut keputusan yang terbaik bagi perusahaan.

Bahkan, Tri menambahkan, salah satu keunggulan dari Ruang Kontrol DICE yang berhasil meraih Rekor Muri pada tahun 2022 lalu ini diantaranya, mampu memberikan berbagai macam data produksi serta rencana proyek setiap harinya, selain itu DICE juga dapat memantau seluruh aktivitas pengeboran di sumur-sumur minyak yang ada di WK Rokan.

“PHR saat ini sudah memiliki sistem yang lengkap dari ujung ke ujung, mulai dari pengambilan data di lapangan, kemudian melakukan analisa dari data yang ada, lalu kemudian integrasi data yang lain, maka keakuratan data yang ada di DICE Command Center bisa dikatakan cukup baik ditambah lagi dukungan teman-teman di lapangan yang selalu konsisten dalam menginput data yang tersimpan di dalam server yang memiliki kecanggihan teknologi,” kata Tri.

Selain itu, untuk memantau keamanan pekerjaan yang ada di lapangan, DICE memiliki solusi digital yaitu solusi ICE CCTV serta Intelijen CCTV. Solusi digital ini dibangun dengan menggunakan suatu sistem yang dapat membantu mendeteksi secara otomatis keamanan para pekerja.

“ICE CCTV tersebut dapat secara otomatis mendeteksi apakah pekerja di lapangan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap atau tidak, sehingga apabila ada pegawai yang tidak lengkap menggunakan APD pada saat di lapangan, otomatis alarm akan berbunyi di Command Center sehingga kita bisa melakukan tindak lanjut secara cepat,” ujar Tri.

Menurut Tri, implementasi digital ini mampu dilaksanakan  karena adanya tata kelola transformasi digital dengan melihat kebutuhan masing-masing divisi yang ada di PHR. Tri berharap, dengan penerapan transformasi digital ini, PHR mampu meningkatkan kinerja demi mendukung ketahanan energi Indonesia.

“Seluruh proses transformasi digital yang dilaksanakan oleh PHR benar-benar diarahkan untuk ketahanan energi,” ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement