Selasa 17 Oct 2023 18:33 WIB

Toyota Hentikan Sebagian Produksinya di Dua Pabrik

Produksi Toyota Alphard dan Land Cruiser terganggu.

Seorang pria berjalan melewati logo Toyota di Tokyo Motor Show, di Tokyo, Jepang 24 Oktober 2019. Foto ilustrasi.
Foto: Reuters
Seorang pria berjalan melewati logo Toyota di Tokyo Motor Show, di Tokyo, Jepang 24 Oktober 2019. Foto ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO- Toyota Motor, produsen mobil terbesar di dunia berdasarkan penjualan, akan memperpanjang penghentian sebagian produksi hingga Rabu di dua pabrik perakitan dalam negeri karena kecelakaan di fasilitas pemasok.

Juru bicara Toyota Motor mengatakan insiden di pabrik pemasok Chuo Spring, produsen pegas mesin dan katup yang digunakan pada kendaraan, juga menghentikan beberapa produksi di grup perusahaan Toyota Auto Body dan Toyota Industries.

Baca Juga

“Jalur yang terkena dampak akan tetap terhenti karena insiden tersebut, sementara jalur di pabrik grup perusahaan lain, Gifu Auto Body, yang digunakan untuk pembuatan minibus Toyota Coaster juga akan dihentikan,” kata juru bicara perusahaan, Selasa (17/10/2023).

Juru bicara Chuo Spring mengatakan kecelakaan yang melibatkan ledakan di sebuah gedung di pabrik Fujioka sekitar pukul 12:15 siang pada Senin (16/10/2023) mengakibatkan kerusakan pada fasilitas tersebut. Polisi dan pemadam kebakaran sedang menyelidiki kejadian tersebut.

Produksi dalam lima lini di tiga pabrik Toyota Auto Body - semua lini unit - dihentikan karena kecelakaan tersebut, sehingga mempengaruhi produksi minivan seperti Alphard serta beberapa model Land Cruiser, termasuk untuk pasar luar negeri.

Jalur produksi Toyota yang dihentikan berada di pabrik pembuat mobil Takaoka dan Tsutsumi, keduanya di Toyota City di Jepang tengah yang juga merupakan rumah bagi kantor pusatnya.

Operasional di 14 pabrik perakitan domestik Toyota terhenti pada bulan Agustus karena kerusakan sistem. Saham Toyota pada hari Selasa ditutup naik 0,8 persen pada 2.681 yen, sejalan dengan kenaikan pasar yang lebih luas.

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement