Selasa 17 Oct 2023 13:37 WIB

Erick Thohir: Forum Bisnis RI-China Hasilkan Kesepakatan 13,7 Miliar Dolar AS

Total ada 31 kerja sama yang telah ditandatangani dalam forum tersebut.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Fuji Pratiwi
Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Li Qiang yang digelar di Diaoyutai State House, Beijing, China, Selasa (17/10/2023).
Foto: Laily Rachev/ Biro Pers Sekretar
Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Li Qiang yang digelar di Diaoyutai State House, Beijing, China, Selasa (17/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN sekaligus Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad Interim, Erick Thohir, mengatakan, Forum Bisnis Indonesia-China yang dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghasilkan kesepakatan kerja sama hingga 13,7 miliar dolar AS. Kesepakatan kerja sama tersebut dilakukan baik antara BUMN maupun pihak swasta Indonesia-China.

"Kalau saya lihat tadi ini kerja samanya luar biasa, tadi disebutkan angkanya 13,7 miliar dolar AS. Yang di mana itu yang sudah agreement, tapi potensinya masih ada lagi, 29 miliar dolar AS," kata Erick dalam keterangannya usai mendampingi Presiden di Forum Bisnis Indonesia-China di Beijing, yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (17/10/2023).

Baca Juga

Erick mengatakan, hubungan kerja sama baik antara BUMN ataupun pihak swasta di Indonesia dan China tersebut dapat terus ditingkatkan. Apalagi Indonesia juga ingin menjadi negara industri dan bagian dari rantai pasok dunia.

"Bapak Presiden ingin sekali sumber daya alam itu tidak lagi kita kirim sebagai bahan baku, tapi harus benar-benar dilakukan hilirisasi di Indonesia," kata dia.

Erick menjelaskan, total ada 31 kerja sama yang telah ditandatangani dalam forum tersebut. Sembilan di antaranya dilakukan oleh BUMN Indonesia antara lain IBC Indonesia Battery Corporation bersama membangun CATL industri baterai listrik.

Lalu ada PLN bekerja sama dengan perusahaan listrik China untuk membangun listrik berbasis energi hijau. Selain itu, ia juga menyebut ada kemungkinan dilakukannya kerja sama dengan PLN Indonesia untuk membangun PLTA.

Menurut dia, kerja sama yang terjalin ini sangat positif karena Indonesia juga ingin terus mendorong pengembangan industrialisasi. "Hal-hal ini yang saya rasa ini sangat optimistis dan sangat positif. Ini menjadi bagian usaha kita terus dorong pengembangan industrialisasi di Indonesia," jelas Erick.

Erick juga menyebut, pertumbuhan investasi China ke Indonesia semakin meningkat. Pada 2013, investasi China di Indonesia baru sekitar 280 juta dolar AS. Sedangkan saat ini meningkat signifikan di angka 8,6 miliar dolar AS.

Ia menilai, teknologi di China maju sekali, apalagi Indonesia mau mendorong hilirisasi sumber daya alam, ekonomi hijau, listrik hijau dan teknologi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement