Rabu 04 Oct 2023 23:30 WIB

Bitcoin Masih Jadi Aset Menarik Bagi Para Investor Indonesia

Para investor mengakumulasi Bitcoin, terutama untuk mempersiapkan halving 2024.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Iklan Bitcoin, salah satu uang kripto, ditampilkan di sebuah gedung di Hong Kong, pada 18 November 2021.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Iklan Bitcoin, salah satu uang kripto, ditampilkan di sebuah gedung di Hong Kong, pada 18 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Bitcoin masih menjadi aset yang sangat menarik bagi kalangan para pegiat kripto. Terlebih menjelang Halving 2024 yang menjadi momen yang ditunggu-tunggu Bitcoin mencapai all time high.

Merespons potensi tersebut, Reku sebagai pedagang aset kripto, bersama Indonesia Bitcoin Conference (IDBC) mengedukasi masyarakat mengenai kondisi dan tren Bitcoin agar dapat memanfaatkan momentum secara bijak.

Baca Juga

Co-Founder dan Chief Compliance Officer (CCO) Reku, Robby, mengatakan, Bitcoin dan aset kripto lainnya mengalami volatilitas signifikan hingga September tahun ini. Namun dominasi Bitcoin masih terus meningkat.

“Dominasi Bitcoin berada level 50,16 persen pada kuartal III 2023, sementara kuartal II sekitar 47 persen. Jadi ada kenaikan sekitar 3,16 persen. Ini menandakan permintaan Bitcoin pun terus meningkat," ujar Robby dalam webinar Bitcoin Outlook 2024, Rabu (4/10/2023).

Menurutnya para investor jangka menengah hingga jangka panjang tetap mengakumulasi Bitcoin, terutama untuk mempersiapkan halving. Maka itu, bagi investor pemula, pada kuartal IV 2023 juga menjadi momen yang tepat untuk memulai menabung bitcoin dengan memanfaatkan dollar cost averaging sebelum harganya menanjak lebih tinggi lagi.

Robby menjelaskan halving day merupakan momen empat tahunan ketika imbal hasil bagi penambang atau miner berkurang setengah. “Halving day juga membuat laju pasokan Bitcoin di pasar berkurang, sehingga keterbatasan supply dan tingginya demand, halving memungkinkan harga Bitcoin berpotensi naik signifikan,” jelasnya.

Secara historis, halving Bitcoin 2013 mencatat peningkatan harga Bitcoin hingga 93,1 kali setara 164 juta. Kemudian halving  2017, harga Bitcoin meningkat 30,1 kali yang membuat Bitcoin mencapai level Rp 300 juta. Selanjutnya 2021 meningkat sebesar 7,8 kali, menyentuh all time high sebesar Rp 939 juta. 

Pada halving 2024 mendatang, Bitcoin diproyeksi akan meningkat sebanyak 4,2 kali. Namun sebelum terjadinya lonjakan harga atau dikenal dengan istilah to the moon ini, masyarakat perlu mempersiapkan untuk menghadapi kondisi bearish. 

“Kondisi bearish merupakan siklus klasik yang terjadi sebelum halving. Jadi sebelum halving, investor juga perlu bersiap menghadapi fluktuasi ini,” ucapnya.

Sementara itu Crypto Analyst Reku, Afid Sugiono menambahkan akan selalu ada tren yang berpotensi sebagai katalis dibalik halving Bitcoin. Pada halving 2017, Initial Coin Offering menjadi katalis dibalik bull run Bitcoin. Kemudian pada 2021, DeFi dan NFT menjadi faktor pendorong bull run

“Pada 2024 mendatang, beberapa tren yang berpotensi menjadi penggerak yakni ETF Bitcoin yang menawarkan variasi lain berinvestasi Bitcoin serta kondisi makroekonomi atas keputusan The Fed dalam mempertahankan suku bunga,” ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement