Jumat 22 Sep 2023 16:28 WIB

Nilai Tukar Rupiah Lebih Stabil Dibandingkan Mata Uang Negara Lain

Keputusan BI menahan suku bunga dinilai konsisten dengan sikap kebijakan moneter.

Petugas menata mata uang dolar AS di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Kamis (19/3/2020).
Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
Petugas menata mata uang dolar AS di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Kamis (19/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lebih stabil dibandingkan mata uang negara lain.

Nilai tukar rupiah bergerak stabil kendati Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada level 5,75 persen, dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 5 persen, dan suku bunga Lending Facility 6,5 persen.

Baca Juga

“Dengan suku bunga ditahan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap lebih stabil daripada mata uang negara lain. Meskipun, rupiah terdepresiasi secara point-to-point sebesar 0,98 persen dibandingkan dengan Agustus 2023,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (22/9/2023).

Keputusan menahan suku bunga tersebut dinilai konsisten dengan sikap kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali.

Peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar rupiah hingga 20 September 2023 secara point-to-point melemah sebesar 0,98 persen dibandingkan dengan level akhir Agustus 2023. Secara year-to-date, nilai tukar rupiah menguat 1,22 persen dari level akhir Desember 2022.

Ke depan, stabilitas nilai tukar rupiah diproyeksikan masih tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik. Selain itu, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas di perdagangan Domestic Non Deliverable Forwade (DNDF), meningkatkan efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 36 Tahun 2023, dan melanjutkan penerbitan SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia).

Pada Kamis (21/9/2023), rupiah sempat mengalami pelemahan setelah Federal Reserve (The Fed) bersikap lebih hawkish dengan memberikan sinyal kenaikan suku bunga sekali lagi pada tahun ini dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC). The Fed turut memberikan sinyal bakal menahan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Menurut Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto, tekanan dari sentimen global terhadap nilai tukar rupiah cukup signifikan. “Namun, hampir semua mata uang melemah, dan pelemahannya juga lebih signifikan dibandingkan rupiah, seperti peso Filipina dan baht Thailand, dan beberapa mata uang negara maju seperti poundsterling dan euro,” ucap Rully dilansir Antara, Kamis (21/9/2023).

Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah bergerak stagnan sebesar 0 poin atau 0 persen menjadi Rp 15.375 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.375 per dolar AS.

Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat menguat ke posisi Rp 15.383 dari sebelumnya Rp 15.397 per dolar AS.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement