REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Produksi batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada semester pertama 2023 mengalami peningkatan sekitar 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Produksi batu bara pada semester pertama 2023 tercatat 18,8 juta ton, sedangkan periode yang sama pada tahun sebelumnya 15,9 juta ton," kata Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Niko Chandra pada kelas jurnalistik (workshop jurnalistik) di Palembang, Kamis (21/9/2023).
Produksi tersebut, menurut dia, sebagian besar dihasilkan dari tambang batu bara Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan.
Produksi batu bara tersebut memungkinkan untuk terus ditingkatkan secara bertahap setiap tahunnya karena memiliki basis sumber daya batu bara yang besar. Berdasarkan data, PTBA memiliki basis sumber daya batu bara yang besar mencapai 5,851 miliar ton, dengan cadangan batu bara sebanyak 3,018 miliar ton yang memperkuat kontribusi signifikan perusahaan terhadap sektor pertambangan di Tanah Air.
Keberadaan industri pertambangan batu bara di Indonesia memiliki dampak positif yang signifikan terhadap ekonomi, baik di tingkat regional maupun nasional.
Melalui kegiatan produksi batu bara pada semester pertama 2023 ini, perusahaan meraih pendapatan sebesar Rp 18,9 triliun atau tumbuh sekitar dua persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Meskipun harga batu bara mengalami penurunan pada 2023 ini, namun kami masih membukukan kinerja baik," kata Sekper PTBA Niko Chandra.
Sementara, Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri) Prof Didik Susetyo salah satu pembicara dalam kelas jurnalis itu menambahkan kehadiran pertambangan batu bara memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja, pendapatan, dan kualitas hidup masyarakat sekitar area operasionalnya.
“Operasional industri pertambangan batu bara memicu efek pengganda (multiplier effect) pada pembangunan lainnya. Dampak positif keberadaan produsen batu bara nasional seperti PTBA di Sumsel harus dimaksimalkan,” ujar Didik.
Didik juga menekankan pentingnya optimalisasi hilirisasi batu bara dalam mendukung keberlanjutan perannya, terutama dalam menghadapi transisi ke energi baru terbarukan menuju Indonesia Emas 2045.
“Upaya untuk mengadopsi energi baru terbarukan harus sejalan dengan potensi sumber daya batu bara yang masih melimpah, dengan teknologi yang ramah lingkungan, dan memberikan kontribusi penuh pada pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional maupun daerah,” kata Guru Besar Ilmu Ekonomi Unsri itu.