Kamis 21 Sep 2023 15:59 WIB

Ekonom: BI Pertahankan Suku Bunga Hingga Akhir Tahun

BI Pertahankan suku bunga untuk menjaga kestabilan ekonomi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. BI mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. BI mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memprediksi Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen pada rapat dewan gubernur Agustus 2023. Hal ini sejalan faktor eksternal, the Fed dengan ekspektasi luas, mempertahankan suku bunga acuan selama pertemuan FOMC.

Senior Economist at Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan hingga sisa akhir tahun ini. “Secara ringkas, kami tetap memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan BI-7DRRR pada 5,75 persen hingga sisa 2023 demi menjaga stabilitas perekonomian Indonesia,” ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (21/9/2023).

Baca Juga

Namun, menurutnya, terdapat peningkatan risiko sikap hawkish terhadap penurunan suku bunga tahun depan. Kemungkinan menurutnya lebih terbatas dibandingkan perkiraan sebelumnya. 

“Dari dalam negeri, laju inflasi Indonesia sudah menurun dan saat ini berada pada kisaran sasaran dua sampai empat persen. Kami tetap yakin inflasi akan terus mereda dan tetap berada dalam kisaran target hingga akhir 2023,” ujarnya.

Selain itu, Faisal memberikan catatan utama terhadap tren penurunan ini berasal dari faktor-faktor, seperti El Nino dan tren kenaikan harga minyak global saat ini. Harga, yang dapat menimbulkan risiko terhadap inflasi.

“Meningkatnya risiko skenario lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama membawa potensi prospek perekonomian global yang lebih lambat untuk jangka waktu yang lebih lama,” katanya. 

Menurut dia, hal tersebut dapat menyebabkan turunnya harga komoditas dan berkurangnya permintaan, sehingga menimbulkan risiko surplus perdagangan Indonesia yang terus menyusut. 

“Melemahnya kinerja ekspor dapat berdampak pada melebarnya defisit transaksi berjalan, menurunnya cadangan devisa, dan potensi risiko terhadap nilai tukar rupiah,” ujarnya. 

The Fed memilih untuk mempertahankan fed funds rate pada level tertinggi dalam 22 tahun kisaran 5,25–5,50 persen. Namun, hal ini mengindikasikan potensi kenaikan suku bunga tambahan di akhir tahun ini karena inflasi yang terus berlanjut. 

The Fed menekankan keputusannya akan bergantung pada penilaian berkelanjutan terhadap data yang masuk dan perkembangan prospek ekonomi serta risiko terkait. Selain itu, perusahaan berkomitmen untuk mengurangi kepemilikan sekuritasnya secara cepat. 

Mengatasi inflasi diperkirakan memerlukan periode pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata dan kondisi pasar tenaga kerja yang moderat. The Fed siap menaikkan fed funds rate lebih lanjut jika dianggap perlu dan bermaksud untuk mempertahankan kebijakannya pada tingkat yang restriktif hingga yakin bahwa inflasi secara konsisten bergerak menuju target dua persen. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement