REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri ESDM Arifin Tasrif mengajukan usulan tambahan insentif untuk mendorong percepatan kendaraan listrik di Indonesia. Kata Arifin, usulan bisa berupa penambahan kuota motor konversi ataupun jumlah insentif.
"Kita sudah usulkan untuk penambahan insentif ya. Ini untuk bisa mendorong masyarakat beralih ke kendaraan listrik," kata Arifin di Kementerian ESDM, Jumat (15/9/2023).
Arifin menjelaskan langkah beralih ke kendaraan listrik ini perlu dilakukan untuk bisa menekan subsidi BBM. "Coba kita hitung sekarang, subsidi itu bisa buat bangun berapa ratus ribu motor konversi listrik. Ini juga lebih murah buat masyarakat," tambah Arifin.
Lanjutnya, konversi motor listrik ini akan memberikan dampak terhadap penciptaaan lapangan kerja baru. Kemudian juga memacu pengembangan UMKM. Tak cuma itu, terpenting bisa mengurangi impor minyak mentah.
"Kalau konversi ini jalan selain menciptakan lapangan kerja baru, ada institusi UKM yang memang bisa berkembang, ada lagi ngurangin impor crude, jadi banyak (manfaatnya)," katanya.
Arifin mencatat sampai hari ini sudah ada 6.000 masyarakat yang mengikuti konversi motor BBM ke motor listrik. Masyarakat yang mengikuti program konversi ini mendapatakan insentif sebesar Rp 7 juta.
Adopsi motor listrik di Indonesia mengalami lonjakan signifikan selama dua tahun terakhir, bertumbuh sebesar 15 kali lipat dari 2020 hingga 2022. Tetapi untuk penyebarannya masih menjadi hambatan, lantaran terkendala baterai dan jarak tempuh.
Hal tersebut akan diulas lebih lanjut dalam riset electric vehicle white paper bertajuk An Electric Revolution: The Rise of Indonesia's E-Motorcycle, yang dilakukan oleh Deloitte Indonesia berkolaborasi dengan Foundry, sebuah platform ekosistem yang menghubungkan para juara inovasi di Indonesia.
“Beberapa hambatan motor listrik yang saya temui yaitu termasuk adopsi, standarisasi baterai, dan jarak tempuh yang terbatas,” ucap Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Agus Tjahajana, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/9/2023).
Namun, ia meyakini bila diperkuat dengan sistem swapping baterai, maka akan bisa mempercepat transisi dan adopsi motor listrik. Maka dari itu, masih diperlukan swap station yang tersebar di berbagai titik untuk kenyamanan penggunanya. “Kita tidak dapat membandingkan motor listrik dengan motor bensin yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu,” ungkap Agus.
Sebagai negara dengan populasi sepeda motor terbesar ketiga di dunia, industri sepeda motor listrik di Indonesia menunjukkan peluang sebesar 19,2 Miliar dollar AS (Rp 295 triliun) baik dari sudut pandang produsen maupun distribusi energi.