Rabu 13 Sep 2023 07:41 WIB

Pemkot Malang Ungkap Strategi Capai Standar Pengelolaan Air Minum Aman

Permasalahan air minum terkait pula perilaku higienitas masyarakat.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Wali Kota Malang, Sutiaji memberikan keterangan pers.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Wali Kota Malang, Sutiaji memberikan keterangan pers.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wali Kota Malang, Sutiaji, mengungkapkan sejumlah strategi untuk mencapai air minum aman di wilayahnya. Hal ini diungkapkannya saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Air Minum dan Sanitasi.

Menurut Sutiaji, langkah pertama dengan penetapan kebijakan dan komitmen bersama. Lebih utamanya melalui berbagai penetapan regulasi dan dokumen strategis. "Serta program kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai pihak," jelasnya.

Pemkot Malang juga menyediakan anggaran khusus untuk pengelolaan air minum aman. Rata-rata alokasi anggaran untuk air minum pada 2020 hingga 2022 mencapai 0,77 persen dari total APBD.

Untuk menjaga kualitas air, kata dia, juga dilakukan monitoring Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) selama 24 jam penuh dengan menggunakan sistem scada. Pemantauan ini dilakukan mulai dari titik pengolahan hingga air tersalurkan dan diterima pelanggan.

Pengawasan dan evaluasi yang berkesinambungan juga terus dilakukan untuk memastikan kualitas air dengan melakukan pengambilan sampel rutin. Hal ini dilakukan sesuai pedoman Kemenkes RI melalui Laboratorium Perumda Tugu Tirta.

Menurut dia, pengawasan dan evaluasi ini juga melibatkan berbagai pihak. Beberapa di antaranya seperti Dinas Kesehatan dan auditor internal Perumda Tugu Tirta sebagai perusahaan daerah penyedia air minum di Kota Malang.

Kemudian auditor eksternal dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) hingga auditor internasional WHO. "Dinas Lingkungan Hidup (DLH) juga turut berperan dalam pemantauan kualitas air baku dan air sungai periodik dan pengawasan izin lingkungan," jelas dia.

Sutiaji menilai permasalahan air minum dan sanitasi bukan hanya sekadar permasalahan pembangunan sarana dan prasarana sanitasi. Hal ini termasuk permasalahan perilaku higienitas masyarakat.

Maka itu, pemerintah daerah didorong untuk memiliki strategi guna meningkatkan kondisi sanitasi di daerahnya masing-masing. Ia berpendapat pihaknya terus meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi terkait air minum dan sanitasi aman.

Salah satunya dengan menggelar berbagai acara kampanye kolaboratif. Melalui kegiatan kampanye, masyarakat mendapatkan literasi bahwa air merupakan faktor penting untuk mendukung kesehatan.

Pasalnya, tubuh membutuhkan asupan air yang bersih. "Tak hanya meminta masyarakat untuk mengonsumsi air bersih, namun tugas kami adalah menyiapkan ketersediaan air minum yang bersih,” jelasnya.

Di sisi lain, ia juga mengungkapkan, pihaknya saat ini tengah fokus dalam pemanfaatan air permukaan. Sumber air baku eksisting bagi penduduk Kota Malang mayoritas berada di wilayah Malang Raya.

Ini lantaran wilayah Malang dilalui sejumlah sungai besar yang memiliki potensi diolah sebagai sumber air permukaan. Untuk mendapatkan air bersih ada dua cara, yakni menggunakan air bawah tanah dan air permukaan.

Air bawah tanah semakin hari semakin berkurang. Sebab itu, pihaknya bersama sejumlah stakeholder melakukan upaya peningkatan air bawah tanah melalui konservasi air dan penghijauan.

Di sisi lain, pihaknya juga berkomitmen untuk pemanfaatan air permukaan. Hal ini karena mengandalkan air bawah tanah tidak cukup karena semakin berkurang.

"Jadi limpahan sumber, air-air permukaan, kita olah sehingga kita memiliki persediaan air baku yang cukup,” kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement