Rabu 06 Sep 2023 23:53 WIB

Indonesia Targetkan Emisi Berkurang Hingga 31,9 Persen pada 2030

Pengurangan emisi dilakukan Indonesia lewat pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ferry kisihandi
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury menjelaskan potensi kerja sama proyek yang akan dilakukan negara ASEAN, Selasa (5/9/2023).
Foto: Republika/ Intan Pratiwi
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury menjelaskan potensi kerja sama proyek yang akan dilakukan negara ASEAN, Selasa (5/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury mengatakan Pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan emisi hingga 31,9 persen pada 2030. Target ini merupakan upaya mandiri Indonesia dalam berkontribusi dalam pengurangan emisi.

Upayanya, kata Pahala, lewat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi bersih. Indonesia memiliki potensi untuk membangun tenaga berbasis panas bumi sebesar 22 gigawatt (GW), tenaga air 75 GW, tenaga matahari dan biomassa 6,6 GW, serta tenaga angin 60,6 GW.

Baca Juga

"Itu baru sektor kelistrikan. Potensi besar lainnya juga dimiliki oleh Indonesia dan akan terus kami kelola dengan baik," ujar Pahala dalam ASEAN-Indo-Pacific Forum, Rabu (6/9/2023). 

Misalnya, Indonesia saat ini mengembangkan biofuel, biomassa, dan molekul ramah lingkungan lainnya seperti hidrogen hijau. Pada tahun ini, Indonesia berhasil menciptakan B35 yang terdiri atas campuran 35 persen minyak sawit dan 65 persen solar.

Upaya pengurangan emisi juga dilakukan Indonesia lewat pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Pahala menjelaskan Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia akan mengambil peran daam ekosistem kendaraan listrik di dunia.

"Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia yang dapat digunakan sebagai bahan baku baterai. Kami terus mengembangkan dan menggali potensi kekuatan bangsa," tegas Pahala.

Di sisi lain, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan sejak tahun lalu menambah porsi alokasi investasi hingga 750 juta dolar AS untuk proyek energi bersih. Bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB), Kanada banyak masuk ke proyek energi bersih di ASEAN.

Salah satunya Indonesia, kata Trudeau, Kanada bersama ADB membangun jaringan listrik untuk masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku. Kanada berkontribusi 20 persen dari total investasi untuk membangun pembangkit listrik ramah lingkungan.

"Upaya Kanada di kawasan ini akan menciptakan pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini salah satu alat perangkat kami mendukung proyek-proyek yang baik. Kami juga berinvestasi pada infrastruktur dan sarana lainnya," ujar Trudeau. 

Selain itu, Kanada membangun fasilitas air bersih untuk masyarakat di Indonesia. Proyek ini dikerjakan lewat dukungan pembiayaan berkelanjutan.

Ke depan, lewat alokasi dana yang telah disiapkan Kanada, Trudeau ingin ikut dalam proyek kerja sama yang mendorong pembukaan lapangan pekerjaan lebih besar. Selain itu, Kanada akan mendukung segala proyek untuk kemajuan inovasi teknologi.

"Kami akan terus berkontribusi terhadap kebutuhan infrastruktur yang terus meningkat di kawasan ini,. menyebarkan keahlian lingkungan kami di berbagai bidang seperti pengelolaan laut, risiko bencana, dan ketahanan keanekaragaman hayati dan energi bersih," kata Trudeau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement