Rabu 06 Sep 2023 14:51 WIB

Wamen BUMN Paparkan Penetrasi Himbara Dorong Inklusi Keuangan di AIPF

BUMN menjadi katalis dalam mengembangkan inisiatif visioner dan kolaborasi strategis.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Rosan Roeslani dalam plenary session ASEAN-Indo Pacific Forum (AIPF) di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Foto: Dok Kementerian BUMN
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Rosan Roeslani dalam plenary session ASEAN-Indo Pacific Forum (AIPF) di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (6/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Rosan Roeslani mengatakan BUMN berkomitmen membantu pemerintah dalam meningkatkan inklusi keuangan. Dalam beberapa tahun terakhir, Rosan menyebut BUMN telah menjadi katalis dalam mengembangkan inisiatif visioner dan kolaborasi strategis untuk mentransformasikan layanan keuangan digital Indonesia dalam berbagai aspek.

"Tiga contoh yang patut diperhatikan, pertama, pinjaman digital bank kami, BRI, Mandiri, dan BNI meluncurkan platform pinjaman digital untuk memungkinkan individu tanpa riwayat kredit mengakses layanan keuangan," ujar Rosan dalam plenary session AIPF bertajuk "Inclusive Digital Transformation" di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (6/9/2023).

Baca Juga

Rosan menyampaikan inisiatif ini memberikan dampak signifikan terhadap inklusi keuangan. Contohnya, digital lending BRI tumbuh 146 persen dari 2021 hingga 2022 dan memberikan pinjaman mencapai 120,5 juta dolar AS pada kuartal III 2022. Kedua, ucap Rosan, bank-bank pelat merah juga terus melakukan penetrasi sistem pembayaran digital melalui e-wallet. 

"Contoh ketiga adalah digital banking Mandiri, BRI, BTN telah membangun solusi perbankan digital. Pengguna BNI Mobile Banking misalnya telah tumbuh 59 persen YoY pada 2020," ucap Rosan.

Dari perspektif ASEAN, Rosan mengatakan sektor keuangan digital ASEAN dalam beberapa telah mengalami perubahan yang transformatif, terutama penyederhanaan inklusi keuangan bagi masyarakat dan UKM. Rosan memperkirakan pertumbuhan transaksi hingga digital lending di ASEAN akan meningkat secara signifikan hingga 2030  

"Inklusi keuangan bukan sekadar tujuan ekonomi, namun sebuah keharusan sosial. Kami berharap forum ini dapat menghasilkan solusi bagi inklusi keuangan dengan tantangan yang kita hadapi di kawasan dan menjaga stabilitas dan kesejahteraan di kawasan," kata Rosan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement