REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI — Tesa resmi meluncurkan Model 3 buatan China pada Jumat (1/9/2023). Model 3 tersebut adalah perubahan pertama Tesla pada jajaran mobil pasar masalnya yaitu Model Y pada 2020.
Model 3 diluncurkan dengan pembaharuan yang bisa memiliki jarak tempuh lebih jauh. China diberikan penawaran pertama mobil model terbatu Tesla tersebut dengan harga lebih tinggi.
Pada saat yang sama Tesla memangkas harga produknya yakni Model S dan Model X premium untuk China dan Amerika Serikat. Peluncuran sedan Model 3 baru menandai pertama kalinya produsen mobil tersebut meluncurkan kendaraannya di China sebelum Amerika Serikat yang menggarisbawahi semakin besarnya ketergantungan pada negara tempat mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar.
Kendaraan listrik tersebut dibuat di pabrik Tesla yang beradadi Shanghai. Tak hanya dijual di China, mobil tersebut juga akan diekspor ke pasar lain di Asia, Eropa, dan Timur Tengah.
Menaikkan harga dasar Model 3 yang terlaris setelah setelah Y dapat membantu Tesla melindungi marginnya. Hanya saja pemotongan harga untuk mobil-mobil premium memicu ketatnya persaingan para pembuat kendaraan listrik, terutama di China.
Produsen mobil yang dipimpin oleh Elon Musk itu sudah memulai perang harga tahun ini. Hal itu berdampak pada meningkatkan pengiriman tetapi membuat margin industri terdepannya ke titik terendah dalam empat tahun.
Analis Guidehouse Insights, Sam Abuelsamid mengatakan desain eksterior Model 3 yang diperbarui tidak terlihat jauh berbeda dari model sebelumnya.
"Pasar berpikir bahwa hal ini mungkin tidak cukup untuk menghidupkan kembali penjualan di tengah menurunnya permintaan dan meningkatnya persaingan," kata Abuelsamid dikutip dari Reuters, Jumat (1/9/2023).
Saham Tesla diperdagangkan turun 5,8 persen pada level 243,06 dolar AS pada Jumat (1/9/2023). Saham Tesla turun hampir enam persen setelah pembuat mobil listrik itu meluncurkan Model 3 buatan China dengan harga tinggi.