Senin 28 Aug 2023 21:06 WIB

OIKN Sebut IKN Jadi Kota Pertama dengan Komite ESG di Indonesia

Luas IKN empat kali luas Jakarta, tapi 65 persennya akan dijadikan hutan tropis.

Foto udara proses pembangunan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (22/8/2023).
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Foto udara proses pembangunan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (22/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) menetapkan bahwa IKN menjadi kota pertama dengan Komite Enviorment, Social and Governance (ESG) di Indonesia.

Kepala OIKN Bambang Susantono menyampaikan, Komite ESG menjadi komite khusus untuk mengawasi serta mendorong pembangunan IKN agar selaras dengan basis prinsip lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik (ESG). "Alhamdulillah saya bisa share bahwa saya sudah menandatangani SK, Nusantara adalah kota pertama di Indonesia yang memiliki Komite ESG,” kata Bambang dalam acara peluncuran Asosiasi ESG Indonesia di Jakarta, Senin (28/8/2023).

Baca Juga

Bambang menjelaskan, IKN memiliki luas wilayah sekitar 256 ribu hektare, 4 kali luas Jakarta, namun 65 persen dari wilayah itu akan dijadikan hutan tropis sebagai wujud komitmen Indonesia terhadap upaya reforestasi dan penerapan prinsip ESG. Selain itu, IKN juga diperkirakan hanya dihuni sekitar 1,9 juta–2 juta penduduk.

"Kita ingin mengglorifikasi lagi bagaimana hutan tropis Kalimantan menjadi salah satu paru-paru dunia. Kita tahu ada problem misalnya di Kongo, di Afrika, ataupun di Amazon, di Amerika Latin, bagaimana mereka mencoba untuk menjaga hutan tropis mereka, itu pun dengan susah payah," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi ESG Indonesia Rhenald Kasali menilai prinsip ESG penting bagi Indonesia karena kemajuan ekonomi yang dicapai Indonesia dapat membangkitkan bangsa lain untuk mengintai kelemahan dari ESG Indonesia. Hal itu juga mengingat Indonesia yang merupakan penghasil komoditas primer dan energi terbarukan yang berperan penting dalam transformasi energi global, pengganti bahan bakar fosil.

Oleh karena itu, didirikan Asosiasi ESG Indonesia dan ESG Research Center yang berkolaborasi dengan OIKN serta OJK guna mengurangi dampak lingkungan sosial dalam berusaha, sekaligus memperbaiki tata kelola.

Rhenald menyampaikan, semua lembaga yang berhubungan dengan sektor keuangan, baik sebagai debitur, obligor maupun emiten, berkomitmen untuk memperbaiki tata kelola dan melestarikan keseimbangan alam. "ESG harus menjadi role model dalam leadership dan mindset, bukan hanya urusan divisi sutainibility belaka," kata Rhenald.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement