Jumat 18 Aug 2023 20:57 WIB

Aliran Modal Asing Keluar RI Rp 6,79 Triliun

BI juga mencatat beli neto Rp 4,82 triliun di pasar saham.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Aliran modal asing yang masuk ke Indonesia per 2 Mei mencapai Rp 132,4 triliun.
Foto: Republika
Aliran modal asing yang masuk ke Indonesia per 2 Mei mencapai Rp 132,4 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat aliran modal asing keluar pasar RI pada pekan ketiga Agutus 2023. Berdasarkan data transaksi 14-16 Agustus 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik kual neto Rp 6,79 triliun.

"Ini terdiri dari jual neto Rp 3,65 triliun di pasar SBN dan kual neto Rp 3,14 triliun di pasar saham," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (18/8/2023).

Selama 2023, Erwin mengatakan berdasarkan data setelmen hingga 16 Agustus 2023, terdapat nonresiden beli neto Rp 94,95 triliun di pasar SBN. Selain itu, BI juga mencatat beli neto Rp 4,82 triliun di pasar saham.

Selain itu, BI juga mencatat premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 17 Agustus 2023 sebesar 87,38  basis poin (bps). "Premi CDS Indonesia ini naik dibandingkan per 11 Agustus 2023 sebesar 79,13 bps," ucap Erwin.

Bank Indonesia juga mencatat yield SBN 10 tahun naik ke level 6,42 persen pada akhir Rabu (16/8/2023). Lalu, pada Jumat (28/7/2023), yield SBN 10 tahun naik ke level 6,43 persen.

Sementara itu, rupiah ditutup pada level Rp 15.280 per dolar AS pada Rabu (16/8/2023). Selanjutnya, rupiah dibuka pada level Rp 15.300 per dolar AS pada Jumat (27/7/2023). 

Erwin memastikan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. “Ini dilakukan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” ujar Erwin.

Dalam RDG Bulanan BI Juli 2023, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. “Nilai tukar Rupiah secara year to date tercatat menguat 3,63 ptp dari level akhir Desember 2022,” kata Perry. 

Perry menjelaskan, angka tersebut lebih kuat dibandingkan dengan apresiasi Peso Filipina, Rupee India, dan Baht Thailand masing-masing sebesar 1,78 persen, 1,11 persen, dan 0,42 persen. Ke depan, dengan akan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, Bank Indonesia memprakirakan nilai tukar rupiah akan menguat ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik, dan dampak positif dari implementasi PP 36 Tahun 2023 tentang DHE SDA. 

Persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia juga menguat. “Ini tecermin pada peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat R&I dari stabil menjadi positif, dengan level rating tetap terjaga pada BBB+,” ungkap Perry. 

Perry memastikan Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui triple intervention dan twist operation. Hal itu dilakukan untuk memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement