REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Elevasi air di danau Rawapening terus menurun, seiring dengan berlangsungnya musim kemarau dan dampak El Nino 2023 ini. Hal tersebut turut berimbas pada penggerak turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok.
Koordintor Penjaga Pintu Bendung Jelok, Siswanto, menyampaikan, penurunan elevasi air danau Rawapening dimulai sejak adanya kesepakatan antara Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana dengan para petani yang tergabung dalam Forum Petani Rawa Pening Bersatu (FPRPB). "Saat itu memang ada tuntutan dari paguyuban petani di sekitar Rawapening, agar elevasi air danau ini diturunkan dengan harapan lahan/ tanah pemajakan yang selama ini mereka garap bisa ditanami padi dan bisa panen setahun dua kali," kata Siswanto, Senin (7/8/2023).
Maka, kata Siswanto, sejak saat itu dilakukan penurunan elevasi danau Rawapening di angka 461,30 mdpl. Dengan berlangsungnya musim kemarau ini, elevasi existing danau Rawapening berada di angka 460,83 mdpl.
Dengan kondisi ini, pemanfaatan air Rawapening bagi PLTA Jelok saja sudah sangat minim. "Dengan elevasi di angka 460,83 mdpl ini, paling cuma mampu membangkitkan 6 megawatt (MW)," kata dia.
Artinya, lanjut Siswanto, dampak penurunan elevasi air di danau Rawapening saat ini sudah sangat terasa, terutama untuk PLTA Jelok dan sumber air baku untuk PT STU yang memproduksi air bersih bagi kebutuhan PDAM Kabupaten Semarang. Misalnya untuk pengolahan air bersih yang biasanya tidak banyak membutuhkan sedikit obat sekarang membutuhkan obat (campuran) yang banyak untuk menjernihkan air baku.
Terkait dengan antisipasi karena perkiraan musim kemarau dan bakal berlangsung lebih panjang, Siswanto menegaskan, manajemen pengelolaan air di danau Rawapening harus lebih efisien. Misalnya pemakaian air untuk PLTA harus dikurangi setiap ada penurunan elevasi.
"Maka untuk air yang masih ada saat ini pengelolaannya harus diirit-irit, jangan sampai nanti penurunan elevasi air ini turun signifikan dan PLTU Indonesia Power tidak bisa beroperasi malah repot," kata dia.
Sebab, produksi listrik PLTA Jelok ini juga untuk menopang pasokan kelistrikan Jawa-Bali. Sedangkan air untuk kebutuhan irigasi pertanian di kawasan hilir sejauh ini tidak ada persoalan.