Kamis 03 Aug 2023 21:36 WIB

Bank Jago: Akuisisi Nasabah Jadi Tantangan Utama Perbankan Digital

Berada dalam ekosistem digital membuat akuisisi menjadi lebih mudah.

Logo Bank Jago terlihat di Jakarta, Selasa (7/2/2023). Bank Jago sebagai salah satu bank digital di tanah air terus memperluas ekosistem dan diversifikasi risiko demi meningkatkan akses keuangan kepada masyarakat.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Logo Bank Jago terlihat di Jakarta, Selasa (7/2/2023). Bank Jago sebagai salah satu bank digital di tanah air terus memperluas ekosistem dan diversifikasi risiko demi meningkatkan akses keuangan kepada masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Bank Jago Sonny Christian Joseph menilai bahwa akuisisi nasabah menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi perbankan digital saat ini.

“Salah satu yang paling challenging itu kan adalah customer acquisition. Kami ingin melakukan itu juga secara teknologi, dengan fundamental keuangan yang kuat,” kata Sonny dalam acara Forum Jurnalis Jagoan di Jakarta, Kamis (3/8/2023).

Dalam menghadapi tantangan tersebut, ia menjelaskan bahwa Bank Jago menekankan pada penggabungan cara digital dengan fundamental perbankan yang kuat.

Ia menyebutkan salah satu strategi yang dilakukan Bank Jago yakni bermitra dengan beberapa partner sehingga menciptakan suatu ekosistem digital tersendiri. Bank Jago berfokus untuk berintegrasi dengan beberapa partner seperti GoTo, Bibit, BFI, termasuk dalam aspek penyaluran kredit yang juga dilakukan melalui partner tersebut.

Dengan integrasi itu, Sonny menilai bank digital seperti Bank Jago akan mampu memperluas cakupan nasabahnya.

“Kami juga melakukan beberapa integrasi dengan partner dan juga penyaluran pinjaman kita pun melalui partner. Jadi, everything itu kami lakukan dalam ekosistem dan berbasis teknologi. Tapi walaupun demikian, kami tidak mengorbankan fundamental yang ada,” ujarnya.

Menurut Business Development Advisor BEI Poltak Hotradero, yang dimaksud sebagai fundamental perbankan yang harus tetap ada dalam bank konvensional maupun digital yaitu yang pertama, adanya manajemen risiko baik, yang mana berarti terdapat pengelolaan risiko yang terukur dan kualitas portfolio yang baik.

Kedua, pengelolaan neraca dengan likuiditas dan manajemen permodalan, dan ketiga, pengelolaan regulasi yang berarti kepatuhan terhadap regulasi, tingkat kesehatan bank yang terjaga dan adanya good corporate governance.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement