Kamis 03 Aug 2023 20:52 WIB

Sektor Jasa Keuangan Nasional Tetap Terjaga, OJK: Modal Solid dan Likuiditas Cukup

Sektor rumah tangga dan permintaan masih perlu dorongan ekonomi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.
Foto: undefined
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 26 Juli 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan stabilitas sektor jasa keuangan juga tetap resilien.

“Ini didukung oleh permodalan yang solid dan likuiditas yang memadai,” kata Mahendra dalam konferensi pers RDK Bulanan OJK Juli 2023, Kamis (3/8/2023).

Baca Juga

Mahendra memastikan kinerja perekonomian nasional terpantau positif terutama pada dunia usaha. Hal tersebut terlihat dari peningkatan surplus neraca perdagangan yang kembali meningkatnya PMI Manufaktur Juli 2023 menjadi 53,3 sementara pada Juni 52,5 serta peningkatan utilitas kapasitas industri.

Meskipun begitu, Mahendra mengatakan potensi peningkatan kinerja sektor rumah tangga dan sisi permintaan secara umum masih perlu didorong.

“Ini terlihat dari berlanjutnya tren penurunan inflasi inti, moderasi penjualan ritel dan optimisme konsumen,” ujar Mahendra.

Lebih lanjut dia menjelaskan, perkembangan perekonomian global masih menunjukkan divergensi pemulihan dengan pertumbuhan ekonomi AS jauh lebih baik dari ekspektasi. Mahendra mengatakan ekonomi AS pada kuartal II 2023 tumbuh sebesar 2,4 persen dibanding proyeksi The Fed sebesar 1,0 persen sepanjang 2023.

“Tingkat inflasi (AS) juga terus menurun,” ucap Mahendra.

Dia menambahkan, momentum pemulihan perekonomian China dan Eropa saat ini cenderung melemah. Hal tersebut terlihat dengan tekanan deflasi mulai terlihat di China sementara tekanan inflasi di Eropa masih persisten tinggi.

“Namun demikian, secara umum kinerja perekonomian global masih lebih baik dari perkiraan awal,” tutur Mahendra.

Sementara itu, Mahendra mengatakan IMF meningkatkan proyeksi pertumbuhan perekonomian global pada 2023 menjadi 2,7 persen. Selain itu, pasar memperkirakan siklus peningkatan suku bunga kebijakan di AS telah mendekati akhir saat The Fed menaikkan FFR sebesar 25 basis poin (bps) pada FOMC Meeting Juli 2023.

Mahendra menilai, hal tersebut mendorong penguatan pasar keuangan global baik di pasar saham, pasar surat utang, maupun pasar nilai tukar. “Ini juga disertai mulai terjadinya inflow ke mayoritas pasar keuangan emerging markets,” ucap Mahendra. Rahayu Subekti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement