Kamis 27 Jul 2023 18:52 WIB

Mau Mulai Investasi? Cek Syarat Ini Dulu

Sebelum memulai investasi, cek kondisi keuangan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Investasi menjadi langkah yang menarik untuk dicoba dalam mendapatkan keuntungan./ilustrasi
Foto: Freepik
Investasi menjadi langkah yang menarik untuk dicoba dalam mendapatkan keuntungan./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Investasi menjadi langkah yang menarik untuk dicoba dalam mendapatkan keuntungan. Ada banyak teori dan ilmu tentang investasi yang dibagikan perencana keuangan di internet. Namun, orang terkadang masih takut untuk memulai karena khawatir dengan risikonya.

CEO Finansialku.com, Melvin Mumpuni membagikan tips untuk bergerak memulai investasi bagi pemula. Untuk memulai investasi, Melvin mengatakan Anda harus memastikan kondisi keuangan sehat terlebih dahulu. “Kami make sure kondisi keuangannya sehat dulu, supaya investasi itu nggak terganggu,” kata Melvin dalam jumpa pers di Jakarta Selatan, Rabu (26/7/2023).

Baca Juga

Perencana keuangan itu menjelaskan bahwa kondisi keuangan sehat memiliki empat kriteria. Pertama, pemasukannya harus lebih besar daripada pengeluaran. Kedua, Anda mempunyai dana darurat. Ketiga, kalau bisa utang/cicilan itu besarnya hanya 35 persen dari penghasilan dan aset harus lebih besar daripada hutang. Keempat, Anda memiliki asuransi.

“Kalau mau investasi apa pun yang tak ada masalah, misalnya mau coba (jenis) pasar uang dulu, pendapatan tetap, ya nggak apa juga. Yang penting (keuangannya) sudah sehat dulu,” ujar Melvin.

Jika sudah memastikan kondisi keuangan sehat, Melvin mengakan Anda bisa memulai investasi sesuai kemampuan masing-masing. Seharusnya, generasi Y atau milenial (1977-1994) punya uang sekitar Rp 30 juta - Rp 50 juta.

“Kalau dia serius investasi. Nah, masalahnya, dia pede (percaya diri) nggak dengan investasi itu. Tapi, uang itu harusnya sudah ada, karena, katakanlah sudah kerja sekian tahun,” kata Melvin.

Bagaimana cara memilih produk investasi? Melvin mengatakan pasar uang relatif mirip satu sama lain. Anda bisa melihat nilai Total AUM (jumlah dana yang dikelola dalam suatu produk reksa dana oleh manajer investasi). Pilih produk yang memiliki nilai Total AUM antara Rp 1 miliar ke Rp 1 triliun, lebih bagus kalau di atas Rp 1 triliun.

Kemudian, Anda bisa melihat performanya. Pasar uang itu baiknya yang grafiknya lurus-lurus saja, tidak terlalu fluktuatif naik-turunnya. Setelah itu, Anda bisa berkenalan dengan jenis reksadana lain. “Aku tekankan, jangan cuma belajar teorinya, nanti tahu teori investasi, tapi hasil tidak ada. Nah, jangan cuma fokus di teori, tapi juga praktiknya itu,” ujar Melvin.

Bagaimana dengan dana darurat? Melvin mengatakan ada empat produk yang cocok untuk menyimpan dana darurat, yaitu rekening tabungan, deposito, reksadana/pasar uang, emas/logam mulia. Anda juga bisa menyimpan dalam bentuk emas digital, apalagi yang punya BUMN.

“Belinya bisa Rp 50 ribu, kalau dikumpulkan bisa dijadikan emas batangan, tapi memang ada biaya sertifikasi biasanya. Itu juga bisa dijadikan agunan, dititipkan, walaupun itu digital,” kata Melvin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement