Selasa 25 Jul 2023 15:03 WIB

Masuk Semester II-2023, BRI Optimistis Kualitas Kredit Semakin Baik

Bank BRI menargetkan pertumbuhan kredit 10 hingga 12 persen

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengungkapkan bahwa perseroan menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 10 persen hingga 12 persen pada tahun ini. Dia pun mengungkapkan beberapa faktor pendorong pertumbuhan tersebut.
Foto: Dok Bank BRI
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengungkapkan bahwa perseroan menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 10 persen hingga 12 persen pada tahun ini. Dia pun mengungkapkan beberapa faktor pendorong pertumbuhan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seiring dengan semakin pulihnya kondisi perekonomian nasional, memasuki paruh kedua di tahun 2023, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kian optimistis kinerja perseroan akan semakin baik.

Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengungkapkan bahwa perseroan menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 10 persen hingga 12 persen pada tahun ini. Dia pun mengungkapkan beberapa faktor pendorong pertumbuhan tersebut.

Pertama, kondisi ekonomi makro Indonesia sejauh ini masih sangat kondusif untuk mendukung pertumbuhan kredit. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/ 2023 sebesar 5,03 persen secara tahunan.

Sedangkan Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap kuat pada kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen didorong oleh perbaikan permintaan domestik dan tetap positifnya kinerja ekspor.

“Yang kedua mengenai stimulus dari pemerintah tetap berjalan sehingga akan mendorong bisnis di UMKM juga akan berjalan ke depannya. Kemudian yang lain adalah daya beli. Ini cukup penting untuk pertumbuhan UMKM ke depan sebagai fokus bisnis BRI,” imbuhnya. 

Dia menambahkan, jika daya beli tumbuh dengan baik akan mendorong permintaan kredit perbankan. Ketiga, mengenai kebijakan suku bunga dimana BI tidak menaikannya secara agresif. “Kalau suku bunga secara umum kondusif untuk pertumbuhan ekonomi, hal ini juga akan mendorong permintaan kredit di industri perbankan,” pungkasnya. 

Di sisi lain, BRI juga terus mencatatkan penurunan jumlah restrukturisasi kredit pasca pandemi. “Alhamdulillah saat ini sudah jauh berkurang. Posisi Juni 2023 tinggal sekitar Rp 83,2 triliun atau sekitar 7,64 persen dari total kredit BRI. Jadi setiap bulan kami turun antara R p3 triliun sampai Rp 5 triliun. Mudah-mudahan sisanya ini kami bisa kelola, sehingga dapat terus menurun hingga rasio Loan at Risk (LAR) BRI bisa kembali dari 15,1 persen di Juni ini ke single digit. Mungkin akan kami dapat di akhir tahun depan atau tahun 2025,” ujarnya penuh optimisme.

Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.

BRI tidak ingin mengabaikan kondisi ekonomi di tataran global yang masih penuh ketidakpastian.

Seperti diketahui kondisi geopolitik di Eropa karena karena perang Ukraina-Rusia masih memanas. Tren era suku bunga tinggi diberlakukan banyak bank sentral termasuk di Amerika Serikat pun masih terjadi. Belum lagi tren laju inflasi di berbagai belahan dunia masih tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement