REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja lapangan usaha industri pengolahan atau sektor manufaktur pada kuartal II 2023, meningkat dan berada pada fase ekspansif.
Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin (17/7/2023), Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, menyebutkan hal tersebut tecermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) BI kuartal II 2023 sebesar 52,39 persen, lebih tinggi dari 50,75 persen pada kuartal sebelumnya. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI-BI, terutama volume produksi, volume pesanan, dan volume persediaan barang jadi yang berada dalam fase ekspansi, yakni indeks di atas angka 50.
Berdasarkan Sub Lapangan Usaha (SubLU), peningkatan terjadi pada mayoritas SubLU, dengan indeks tertinggi terjadi pada industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, yang diikuti industri mesin dan perlengkapan, industri barang galian bukan logam, serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional.
Adapun perkembangan PMI-BI tersebut sejalan dengan perkembangan kegiatan lapangan usaha industri pengolahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI yang tercatat meningkat dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 2,21 persen.
Pada kuartal III 2023, ia mengatakan peningkatan kinerja sektor manufaktur diperkirakan berlanjut dengan indeks 53,53 persen, lebih tinggi dari 52,39 persen pada kuartal sebelumnya.
Berdasarkan komponen pembentuknya, hampir seluruh komponen diproyeksikan meningkat dan berada pada fase ekspansi dengan peningkatan tertinggi terjadi pada volume produksi, diikuti kecepatan penerimaan barang input dan volume persediaan barang jadi. Selain itu, seluruh SubLU diprediksikan berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi terjadi pada industri mesin dan perlengkapan, diikuti industri pengolahan tembakau dan industri logam dasar.