Selasa 18 Jul 2023 02:50 WIB

Tumbuh Makna Nilai Ekonomi RI Masih Sehat di Tengah Tekanan Global

Perlambatan ekonomi di Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.

Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7/2023) (ilustrasi).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7/2023) (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Co-Founder Tumbuh Makna, Fenny Tjahyadi, menilai ekonomi Indonesia masih sehat di tengah tekanan global kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Kondisi tersebut salah satunya terlihat dari rupiah yang masih terbilang stabil di antara nilai tukar mata uang negara lainnya di dunia. Saat ini bertengger di posisi Rp 15.013 per dolar AS.

Baca Juga

"Pasar makro di Indonesia beberapa bulan terakhir lebih cenderung ke arah positif. Melihat tanda-tanda ini, perlambatan ekonomi di Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi," ungkap Fenny dalam diskusi ekonomi Tumbuh Makna, seperti dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Senin (17/7/2023).

Selain rupiah, dia menyebutkan inflasi juga terlihat semakin melambat pasca Idul Fitri. Bahkan pada Juli 2023, inflasi sudah masuk ke rentang target Bank Indonesia (BI), yakni 3,52 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Perlambatan inflasi terjadi karena permintaan sudah normal kembali pasca libur hari raya dan pasokannya sudah cukup tinggi.

Bahkan, Fenny melihat BI kemungkinan akan menurunkan suku bunga dalam beberapa waktu ke depan, sehingga dinilai sangat kondusif dan sangat bagus bagi para investor untuk mengambil peluang yang ada. Tumbuh Makna memperkirakan penurunan bunga kebijakan bisa sampai 50 basis poin (bps) hingga 75 bps hingga awal 2024.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto meyakini fundamental ekonomi Indonesia masih kuat meski ekonomi dunia sedang mengalami tekanan. Sebab, fenomena ekonomi global tidak langsung berdampak dengan ekonomi Indonesia lantaran sumber utama perekonomian RI yakni domestik yang terus tumbuh dan kebal dengan tekanan eksternal.

"Jadi selama domestiknya masih bisa bergulir, sebetulnya kita masih bisa tumbuh sekitar 4,8 persen (yoy) pada tahun ini," ucap Eko.

Kendati demikian, ia mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam efektivitas belanja agar mencapai target pajak yang sesuai dari sisi penerimaan. Belanja pemerintah juga harus terus ditingkatkan agar anggaran negara bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement