REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan infrastruktur digital berbasis konektivitas PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) menargetkan penjualan tumbuh 111 persen year on year (yoy) atau senilai Rp 42 miliar pada 2023. Hal tersebut seiring perseroan sedang melangsungkan Initial Public Offering (IPO) mulai 17 sampai 20 Juli 2023 mendatang.
"Kami telah mengevaluasi kinerja tahun lalu dan melihat potensi pertumbuhan yang signifikan di pasar. Oleh karena itu, kami telah menetapkan target penjualan yang lebih tinggi pada 2023," ujar Direktur Utama INET Muhammad Arif dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (17/7/2023).
Sebagai upaya mencapai target tersebut, Arif menjelaskan, perseroan akan memperkuat lini bisnis Edge Data Centre, yang merupakan solusi infrastruktur Teknologi Informasi (IT). Layanan ini dapat mempercepat kecepatan dan kualitas konektivitas bagi pelanggan Business to Business (B2B) perseroan.
"Dengan meningkatkan jumlah dan kualitas Edge Data Center yang dimiliki, perseroan berharap dapat menarik lebih banyak pelanggan B2B, dan meningkatkan pendapatan perusahaan," ujar Arif.
Selain itu, menurut dia, perseroan akan meningkatkan penjualan Leased Line dan Bandwidth. Hal ini seiring dengan era yang semakin terhubung dan bergantung terhadap konektivitas internet yang cepat.
"Dengan menawarkan layanan Bandwidth yang andal dan berkualitas, perseroan berencana untuk menarik lebih banyak pelanggan korporat yang membutuhkan kecepatan internet yang tinggi," ujar Arif.
Perseroan sedang melangsungkan proses IPO mulai 17 sampai 20 Juli 2023 mendatang, dengan melepas sebanyak-banyaknya 1,5 miliar lembar saham, dengan rentang harga Rp 100- Rp 101 per saham, sehingga menargetkan meraih dana maksimal Rp 151 miliar.
Selain itu, dalam IPO, perseroan juga akan menerbitkan Waran Seri I dengan rasio 5: 7 sebanyak 2,1 miliar lembar, dan direncanakan secara resmi mencatatkan saham dan waran perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 Juli 2023 nanti.
Sepanjang 2022, perseroan membukukan total penjualan sebesar Rp19,9 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 1,3 miliar, serta telah menunjuk mantan direktur utama Telkomsel, yaitu Setyanto Hantoro sebagai komisaris utama.