Kamis 13 Jul 2023 18:41 WIB

Analis: Rupiah Menguat Dipengaruhi Data Inflasi AS yang Rendah

Penguatan rupiah mengindikasikan penguatan pertumbuhan ekonomi RI.

Warga menunjukkan uang pecahan baru usai penukaran di Pasar Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Rabu (29/3/2023).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga menunjukkan uang pecahan baru usai penukaran di Pasar Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Rabu (29/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan.

"Secara luas, dolar AS melemah hingga mencapai level terendah sejak April 2022," ujar dia ketika dilansir Antara, Jakarta, Kamis (13/7/2023).

Baca Juga

Sejumlah faktor yang mempengaruhi penurunan inflasi AS ialah pengaruh harga makanan dan energi, terutama gas alam yang lebih rendah. Kendati demikian, data perdagangan China yang kembali menurun dan lebih rendah dari perkiraan akan membebani mata uang Asia ke depannya.

"Surplus perdagangan China 70,62 miliar dolar AS, lebih rendah dari perkiraan 74,8 miliar dolar AS. (Kemudian juga) ekspor -12,4 persen, (lebih rendah) dibandingkan perkiraan -9,5 persen, dan impor -6,8 persen, (lebih rendah) dibandingkan perkiraan -4 persen," ungkap Lukman.

Senada, Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menyatakan, penguatan rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh optimisme pelaku pasar pada periode akhir kebijakan moneter ketat melalui kenaikan suku bunga The Fed untuk memerangi inflasi di AS semakin dekat.

"(Hal ini) mengacu pada data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang lebih rendah dibanding perkiraan para analis. Per Juni 2023, data inflasi IHK sebesar 3 persen, sedangkan perkiraan dari para analisis ialah 3,1 persen," kata Rully.

Hasil survei menunjukkan 92 persen responden meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 5,25-5,50 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini.

Selain itu, penguatan rupiah mengindikasikan peningkatan risiko pada emerging market dan adanya penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Indikasi peningkatan selera risiko berinvestasi dapat dilihat dari peningkatan minat investor asing pada obligasi pemerintah Indonesia," ucap Rully.

Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah mengalami penguatan sebesar 0,72 persen atau 109 poin menjadi Rp 14.966 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.075 per dolar AS.

Sepanjang hari, rupiah bergerak dari Rp 14.964 per dolar AS hingga Rp 14.994 per dolar AS.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement