Kamis 13 Jul 2023 15:12 WIB

Pilih Wiraswasta daripada Jadi Karyawan, Kris Sukses Kembangkan Usaha Produk Kulit

Kael Leather Goods kini menjalin kerja sama dengan 10 pengrajin UMKM di Garut

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Founder Kael Leather Goods Krismanto menunjukkan produk tas, sepatu dan dompet berbahan kulit sapi.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Founder Kael Leather Goods Krismanto menunjukkan produk tas, sepatu dan dompet berbahan kulit sapi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekitar tahun 2012-2013, Krismanto mengambil keputusan tersulit di hidupnya yaitu keluar dari pekerjaannya sebagai seorang karyawan tetap di salah satu perusahaan swasta. Ia memilih untuk terjun berwiraswasta dan mendalami bisnis produk berbahan kulit sapi.

Memulai usahanya dari nol, Kris mulai mendalami bisnis produk kulit. Ia banyak mengikuti pameran-pameran produk UMKM di dalam negeri serta mempelajari konsep bisnis produk kulit dan bahan yang digunakan untuk membuat sepatu, tas, dompet dan lainnya.

Berbekal pengalamannya itu, ia pun mulai memproduksi produk kulit seperti tas, sepatu, dompet dan lainnya. Ia memutuskan untuk memakai bahan kulit sapi jenis pull up dan Ch yang lebih cocok untuk produk-produknya itu dan memiliki kualitas bagus.

Produknya yang memiliki merek Kael Leather Goods ini menjalin kerja sama dengan 10 pengrajin UMKM kulit di Kabupaten Garut untuk produksi. Termasuk beberapa kali menggandeng produk lainnya untuk bekerja sama membuat kolaborasi.

"Saya berangkat dari pekerja, karyawan swasta. Saya lihat pasar yang masih menjanjikan pasar kulit ini jarang pemainnya," ucap dia saat ditemui di kantornya di Jalan Derwati, Kota Bandung, Kamis (13/7/2023).

Pilihan bisnis pada produk kulit, ia mengatakan karena konsumen banyak yang mencari produk kulit jenis Ch dan pull up. Tidak hanya itu, para pecinta kulit melihat terdapat nilai lebih saat menggunakan produk kulit.

Kris mengatakan harga produk berbahan kulit yang dijualnya mulai dari Rp 150.000 untuk gantungan kunci hingga Rp 2 juta untuk produk tas dan Rp 700.000 hingga Rp 900.000 untuk sepatu. Ia mengaku harga yang dijual relatif tinggi sebab mengedepankan kualitas dan menyasar kalangan tertentu.

"Kalau orang lihat ini kulit Ch makin lama makin bagus, worth it dan segmented," jelas dia.

Kris mengatakan 80 persen produknya dijual di Indonesia dan sisanya dijual ke luar negeri seperti Australia dan Amerika Latin. Sedangkan bahan baku kulit yang digunakan berasal dari impor maupun kulit lokal yang diproduksi sendiri.

Ia melanjutkan produk yang dijualnya dapat dipakai bertahun-tahun karena mengedepankan kualitas. Dengan produknya itu, ia merasa percaya diri bisa bersaing di pasaran. Sebab ia mengedepankan kualitas dan setelah penjualan terdapat pelayanan bagi konsumen.

Kris memberi tips kepada pengguna produk berbahan kulit agar tidak menyimpan barang-barang di tempat yang lembap agar tidak berjamur. Selain itu apabila basah agar tidak dijemur. Namun, diangin-angin.

Sepuluh tahun berlalu, keputusannya untuk keluar dari pekerjaan dan menekuni usaha produk kulit membuahkan hasil manis. Ia kini memiliki dua toko yang berada di Jakarta dan situs online yang menjual produk-produk kulitnya.

"Omset masih oke masih bisa bayar karyawan dan toko," ungkap dia.

Tidak hanya itu, belasan karyawan kini menggantungkan hidupnya pada bisnis yang digeluti. Ia pun terus berupaya meningkatkan penjualan dan terus menambah koleksi-koleksi produk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement