Rabu 12 Jul 2023 13:04 WIB

Gantikan 90 Persen Karyawan Pakai AI, Bos Perusahaan di India Dikritik

CEO itu menyatakan, bagaimanapun bisnis mencari profit, bukan sekadar label unicorn.

Ilustrasi kecerdasan buatan.
Foto: Flickr
Ilustrasi kecerdasan buatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang CEO India dikritik setelah perusahaannya mengganti 90 persen staf pendukungnya dengan chatbot kecerdasan buatan (AI).

Suumit Shah, pendiri Dukaan, mengatakan di Twitter, chatbot meningkatkan waktu respons dan penanganan masalah pelanggan di tahap pertama secara cepat. Tweet itu memicu kemarahan warganet. Sebab itu terjadi di tengah kekhawatiran tergantikan banyaknya pekerjaan oleh AI.

Baca Juga

Dalam serangkaian tweet, yang telah ditonton lebih dari satu juta kali, Shah menulis, meski memberhentikan staf merupakan keputusan sulit, tapi itu perlu. "Mengingat keadaan ekonomi, startup memprioritaskan profitabilitas dibandingkan berjuang menjadi unicorn. Begitu juga kami," tulisnya, dilansir BBC, Rabu (12/7/2023).

Ia menambahkan, dukungan pelanggan telah menjadi penopang bagi perusahaan untuk waktu yang lama. Dia juga menulis tentang bagaimana mereka membangun bot dan platform AI dalam waktu singkat sehingga semua pelanggan Dukaan dapat memiliki asisten AI mereka sendiri.

Dia mengatakan, bot itu menjawab semua jenis pertanyaan dengan cepat dan akurat. "Di era kepuasan instan, membangun bisnis bukan lagi mimpi yang jauh. Dengan ide yang tepat, tim yang tepat, siapa pun dapat mengubah impian bisnis mereka menjadi kenyataan."

Shah juga menambahkan bahwa perusahaan sedang merekrut orang untuk berbagai posisi. Namun, warganet mengkritik dan menuduhnya telah merusak kehidupan stafnya dengan keputusan tak berperasaan.

"Mungkin itu keputusan yang tepat untuk bisnis, tapi seharusnya tidak berubah menjadi utas perayaan/pemasaran tentang itu," kata warganet yang lain.

Shah menanggapi satu tweet yang mengatakan "seperti yang diharapkan, seseorang akan tersinggung atas nama orang lain" dan menambahkan bahwa dia akan mengunggah tentang bantuan untuk stafnya di LinkedIn, karena di Twitter, orang mencari profitabilitas dan bukan simpati.

Dalam beberapa tahun terakhir, alat AI generatif seperti ChatGPT telah berkembang biak dan menjadi lebih mudah diakses. Ada laporan tentang organisasi yang menggunakan alat ini untuk meningkatkan produktivitas sambil memangkas biaya. Hal ini membuat para pekerja takut kehilangan pekerjaan karena teknologi.

Pada Maret lalu, Goldman Sachs menerbitkan sebuah laporan yang menunjukkan bahwa AI dapat menggantikan setara dengan 300 juta pekerjaan penuh waktu. Di India, beberapa perusahaan berinvestasi ke dalam AI untuk mengembangkan produk dan telah memicu kekhawatiran akan hilangnya pekerjaan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement