REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia diharapkan dapat dikenal sebagai eksportir jasa berteknologi tinggi. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, pada masa mendatang jasa berteknologi tinggi akan sangat berperan memfasilitasi kegiatan bisnis dan perdagangan.
"Melalui Privy, Indonesia tidak hanya dapat dikenal sebagai eksportir komoditas, tetapi juga sebagai pengekspor jasa berteknologi tinggi. Peresmian kantor pertama Privy di luar negeri pada hari ini merupakan kisah sukses ekspor jasa Indonesia ke Australia," ujar Mendag. "Sydney memiliki ekonomi terbesar di Australia dan merupakan hub yang terintegrasi erat dengan ekonomi global.”
Perusahaan rintisan penyedia tanda tangan digital dan identitas digital asal Indonesia, Privy, meresmikan kantor cabang di Sydney, Australia, Senin (3/7/2023). Pembukaan kantor cabang di Australia ini merupakan langkah awal perusahaan untuk berekspansi ke luar Indonesia.
Kemendag sudah lama mendukung Privy melalui Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA) dengan program Katalis. Katalis ialah program pengembangan perdagangan dan investasi unik yang didukung pemerintah untuk membuka potensi besar kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Australia.
Kementerian juga mendukung penggunaan tanda tangan elektronik melalui Peraturan Pemerintah No 80 tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Transaksi PMSE dapat dijadikan bukti yang autentik jika menggunakan tanda tangan elektronik tersertifikasi melalui PSrE sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Saat ini Privy menjadi salah satu perusahaan penyedia sertifikat elektronik (PSrE) di Tanah Air dengan 40 juta pengguna terverifikasi. "Sydney menjadi kota yang tepat bagi Privy untuk mendirikan cabang mengingat penggunanya bahkan lebih besar dari seluruh penduduk Australia yang berjumlah 26 juta jiwa," ujar Zulkifli menambahkan.
Adanya kantor cabang pertama di Sydney yang merupakan pusat perdagangan dan bisnis di Australia juga diharapkan dapat memperlancar kegiatan bisnis dan perdagangan menggunakan identitas digital dan tanda tangan elektronik tersertifikasi buatan anak bangsa.
CEO Privy, Marshall Pribadi, mengatakan identitas digital tepercaya dan tanda tangan elektronik tersertifikasi adalah infrastruktur dasar perdagangan di dunia digital. "Semoga ekspansi pertama kami ke Australia ini menjadi awalan agar Privy dapat memfasilitasi perdagangan elektronik di seluruh dunia,” katanya.
Marshall menyampaikan apresiasi atas dukungan Kementerian Perdagangan kepada perusahaan yang dipimpinnya. "Kami sangat berterima kasih atas dukungan dan perhatian Bapak Menteri Perdagangan kepada karya anak bangsa. Kami berharap usaha ini dapat lebih berkembang lagi ke depannya," ujar Marshall.
Pada kesempatan itu, juga dilakukan demo penandatanganan sejumlah nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara Privy dengan sejumlah perusahaan yang dilakukan dengan tanda tangan digital. Penandatanganan dilakukan bersama Sony Trading, PT Rusky Aero, Ozimex International, Eastern Cross Trading, PT Pulau Sambu, Oishi International Trading, Inastra, Aexi, dan Impor United.