Selasa 27 Jun 2023 23:49 WIB

Waw, Ekspor Pakaian Jadi Naik 45,92 Persen pada Mei

Permintaan pasar domestik meningkat seiring persiapan masa tahun ajaran baru.

Petugas Bea Cukai Yogyakarta memfasilitasi ekspor produk pakaian dalam yang produksi PT Busanaremaja Agracipta 2 (PT BRA-2) pada Senin (18/10) lalu.
Foto: Bea Cukai
Petugas Bea Cukai Yogyakarta memfasilitasi ekspor produk pakaian dalam yang produksi PT Busanaremaja Agracipta 2 (PT BRA-2) pada Senin (18/10) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor pakaian jadi meningkat 45,92 persen secara bulanan yaitu mencapai 700,7 juta dolar AS pada Mei 2023 dibandingkan 480,2 juta dolar AS di bulan April 2023.

"Sementara untuk volumenya naik dari 21,9 juta ton pada April 2023 menjadi 32,5 juta ton pada Mei 2023," ucap Direktur Industri, Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kementerian Perdagangan Adie Rochmanto Pandiangan dalam acara Rilis Hasil Survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) diJakarta, Selasa (26/6/2023).

Kinerja baik industri tekstil, khususnya pakaian jadi, lanjutnya, ditopang oleh permintaan pasar domestik yang tengah meningkat seiring persiapan masa tahun ajaran baru sekolah. Selain itu, peritel pun disebutnya tengah menghabiskan stok pakaian yang tersisa dari produksi Lebaran Idul Fitri pada akhir April lalu.

"Dugaan kami juga, kebijakan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri) untuk pemenuhan pakaian sekolah negeri dan pakaian ASN di pemerintah tengah berlangsung. Untuk mengantisipasi suplai tadi, persediaan berikutnya, produsen sudah mulai meningkatkan aktivitas produksi," ucapnya.

Kendati demikian, Adie mengakui industri tekstil masih mengalami kontraksi lantaran masih tingginya impor yang menekan penyerapan penjualan produk dalam negeri. Meski telah meningkat dari bulan sebelumnya, kinerja industri tekstil masih belum memasuki puncaknya. Ia berharap seiring masuknya tahun ajaran baru, kinerja industri tekstil kian membaik.

"Impor tekstil kita meningkat jika dibandingkan April. Meningkat cukup besar dari 133 ribu ton pada Mei dari 106 ribu ton. Volume impor tekstil ini yang kira-kira menyebabkan stok tekstil di pasar tidak terserap dan masih banyak hingga Juni 2023, sehingga menyebabkan penjualan tekstil dari garmen menurun," jelas dia.

Senada, Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan sejumlah industri di subsektor tekstil masih dalam kondisi yang sulit dan dilaporkan langsung oleh pelaku industri.

Febri menduga kuat salah satu penyebabnya adalah masih tingginya volume baju impor bekas yang disebutnya masuk lewat Pusat Logistik Berikat (PLB). Karenanya, ia meminta kementerian/lembaga dan pihak terkait untuk mengawasi proses masuk dan keluarnya barang di PLB.

"Kami sudah meminta kementerian lain yang berwenang pada kegiatan di PLB dan marketplace untuk lebih memperketat pengawasan barang impor yang masuk ke Indonesia," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement