Selasa 27 Jun 2023 07:16 WIB

World Bank Sebut Indonesia Tahan Banting dari Guncangan Eksternal

Cadangan devisa RI cukup untuk menyerap guncangan eksternal jangka pendek.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Suasana gedung perkantoran di ibu kota terlihat dari kawasan Gondangdia, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Bank Dunia menilai Indonesia lebih tahan banting terhadap guncangan eksternal.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Suasana gedung perkantoran di ibu kota terlihat dari kawasan Gondangdia, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Bank Dunia menilai Indonesia lebih tahan banting terhadap guncangan eksternal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Bank atau Bank Dunia menilai Indonesia lebih tahan banting terhadap guncangan eksternal. Hal tersebut tecermin dari meningkatnya cadangan devisa, turunnya utang luar negeri, persepsi investor, hingga stabilnya nilai tukar rupiah.

Cadangan devisa Bank Indonesia (BI) naik dari 137,2 miliar dolar AS pada 2022 menjadi 139,3 miliar dolar AS pada Mei 2023. Jumlah devisa tersebut setara dengan pembiayaan enam bulan impor dan pembayaran utang jangka pendek. 

Baca Juga

Lead Economist World Bank Habib Rab mengatakan cadangan devisa BI itu tetap memadai. "Cadangan devisa tersebut cukup untuk menyerap guncangan eksternal jangka pendek dengan perlindungan yang cukup untuk utang atau pun kewajiban jangka pendek," kata Habib, Senin (26/6/2023). 

Rupiah terapresiasi 4,6 persen sejak awal tahun terhadap dolar AS. Sementara imbal hasil obligasi jangka panjang menurun sebesar 61 basis poin selama periode yang sama. Mata uang menjadi lebih sedikit sensitif terhadap pergerakan arus modal. 

Baca Juga: Sri Mulyani Tenang, Aliran Modal Asing Masih Deras Masuk Indonesia

Namun, menurut Habib, volatilitas rupiah relatif rendah dibandingkan ke negara-negara sejawat. Nilai tukar efektif riil Indonesia (REER) juga terapresiasi 6,4 persen sejak awal tahun ini.

Utang luar negeri Indonesia juga terus mengalami penurunan mencapai 28,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Bahkan, utang luar negeri sektor publik dan swasta telah turun. Ini mengindikasi likuiditas yang cukup di pasar domestik setelah ledakan komoditas.

Perusahaan swasta lokal kini lebih banyak beralih ke pasar domestik untuk pembiayaan kebutuhan operasional, sehingga mengurangi risiko mata uang. Pemerintah Indonesia juga mengalihkan obligasi negara (SBN) eksternal ke dalam negeri. "Ini mengurangi risiko dari nilai tukar dan volatilitas pasar keuangan global," jelas Habib.

Di sisi lain, jatuh tempo pinjaman eksternal telah diperpanjang. Pinjaman eksternal jangka pendek, baik swasta maupun publik, berada pada level terendah, sehingga mengurangi dampak dari modal volatilitas arus.

World Bank melihat Indonesia....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement