Rabu 14 Jun 2023 14:15 WIB

Pertamina Sebut Penyaluran Elpiji Subsidi akan Terus Jebol

Tahun depan, elpiji subsidi dipatok 8,3 juta metrik ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Lida Puspaningtyas
Warga antre untuk membeli Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram saat operasi pasar di halaman Masjid Al Kautsar Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Senin (12/6/2023). Pemkot Palangka Raya menggelar operasi pasar LPG dengan menyediakan kuota sebanyak 250 tabung dengan harga harga Rp22 ribu.
Foto: ANTARA FOTO/Auliya Rahman
Warga antre untuk membeli Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram saat operasi pasar di halaman Masjid Al Kautsar Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Senin (12/6/2023). Pemkot Palangka Raya menggelar operasi pasar LPG dengan menyediakan kuota sebanyak 250 tabung dengan harga harga Rp22 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) menegaskan jika tidak ada kebijakan pasti terkait penyaluran subsidi energi, untuk komoditas elpiji dari tahun ke tahun akan terus naik, bahkan jebol.

Direktur Keuangan Pertamina Ema Sri Martini menjelaskan, bahkan untuk tahun ini prognosa kebutuhan elpiji subsidi akan melebihi dari kuota yang ditetapkan tahun ini sebesar delapan juta metrik ton.

Baca Juga

"Jika tidak ada kebijakan penyesuaian ataupun pengendalian penerima elpiji subsidi ini, realisasi penyalurannya akan melebihi kuota," ujar Ema di Komisi VII DPR RI, Rabu (14/6/2023).

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution menjelaskan, pada 2023 ini prognosa penyaluran elpiji bersubsidi bisa mencapai 8,2 juta metrik ton. Ada kenaikan 2,7 persen dari kebutuhan tahun lalu.

"Dari tahun ke tahun memang terjadi peningkatan. Dari Mei tahun lalu ke tahun ini saja ada peningkatan hingga lima persen. Jadi, kami proyeksikan kita akan over 2,7 persen pada tahun ini," ujar Alfian dalam kesempatan yang sama.

Alfian menjelaskan, beberapa wilayah bahkan sudah kelebihan kuota. Khususnya untuk Sumatra bagian utara, Sumatra bagian selatan, Jawa bagian barat, DKI Jakarta, hingga Sulawesi.

Sementara, tahun depan, Alfian menjelaskan, akan ada petumbuhan konsumsi elpiji subsidi lagi hingga dua persen dibandingkan permintaan pada tahun ini. "Kami memperkirakan angka kebutuhannya akan mencapai 8,38 juta metrik ton," kata Alfian.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyampaikan, realisasi penyaluran LPG bersubsidi atau gas melon sudah mencapai 3,32 juta metrik ton atau 41,6 persen dari kuota yang ditetapkan tahun ini.

Tutuka mengaku dari tahun ke tahun kuota elpiji bersubsidi terus naik. Pada tahun lalu, kuota elpiji subsidi sebanyak 7,8 juta metrik ton dan tahun ini menjadi delapan juta metrik ton. Sedangkan di tahun depan elpiji subsidi dipatok 8,3 juta metrik ton.

"Dari tahun ke tahun memang naik. Realisasi hingga Mei ini mencapai 41,6 persen dari kuota yang ditetapkan," ujar Tutuka dalam kesempatan yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement