Selasa 13 Jun 2023 17:12 WIB

Bos Garuda Ungkap Tren Kinerja Positif di Kuartal I 2023

Tren peningkatan ebitda dan pendapatan Garuda terus meningkat sejak awal tahun.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Calon haji berada di kabin pesawat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang Pariaman, Sumatera Barat, Senin (5/6/2023). PT Garuda Indonesia mencatat kinerja yang positif pada kuartal I 2023.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Calon haji berada di kabin pesawat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang Pariaman, Sumatera Barat, Senin (5/6/2023). PT Garuda Indonesia mencatat kinerja yang positif pada kuartal I 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia mencatat kinerja positif pada kuartal I 2023. Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan perusahaan berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar 113,090 juta dolar AS dan Ebitda mencapai 8,595 juta dolar AS per Maret 2023.

Irfan memerinci tren peningkatan Ebitda dan pendapatan usaha terus meningkat sejak awal tahun. Ebitda pada Februari 2023 tumbuh sebesar 28,368 juta dolar AS dan menjadi 34,290 juta dolar AS pada Maret 2023. Sedangkan pendapatan usaha naik menjadi 115,560 juta dolar AS pada Februari dan meningkat hingga 135,200 juta dolar AS pada Maret 2023.

Baca Juga

"Pada Januari 2023, kita memperoleh Ebitda positif. Ini pertama kali dalam sejarah karena kuartal I biasanya dikenal sebagai kuartal yang low season atau sepi tapi kita dapat Ebitda positif dengan pendapatan yang meningkat di akhir kuartal I 2023," ujar Irfan saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (13/6/2023).

Irfan menyampaikan perbaikan kinerja tak lepas dari keberhasilan Garuda memperoleh homologasi atau kesepakatan damai dengan kreditur dalam proses restrukturisasi melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan juga transformasi operasional perusahaan. 

Irfan mencontohkan penghentian operasional pesawat jenis ATR dan Bombardier CJR yang mampu mendongkrak pendapatan pesawat dari 23,4 juta dolar AS per tahun pada sebelum pandemi menjadi 26 juta dolar AS per tahun setelah pandemi. 

"Dari saat proses di PKPU kita memang sudah menyatakan tidak meneruskan dua tipe pesawat itu. Hasilnya mampu meningkatkan pendapatan pesawat per tahun menjadi naik 11,29 persen daripada sebelum pandemi," ucap Irfan.

Dari sisi internal, Irfan menyampaikan Garuda juga melakukan efisiensi pengurangan pegawai sejak awal pandemi terjadi. Langkah ini harus diambil mengingat pendapatan perusahaan anjlok hingga 90 persen dan Garuda pun harus melakukan grounded atau mengistirahatkan 70 persen pesawatnya selama pandemi. 

"Pandemi sangat signifikan dengan tekanan beban usaha yang berdampak sistemik terhadap kondisi likuiditas dan solvabilitas kinerja usaha," sambung Irfan. 

Irfan menyampaikan jumlah pegawai Garuda yang tercatat sebanyak 7.878 orang pada 2019 turun menjadi 4.459 pada akhir 2022. Namun demikian, Irfan menegaskan pengurangan hingga 66 persen pegawai dilakukan secara sukarela. 

"Tidak ada satu pun yang kita PHK, yang kita lakukan adalah penawaran pensiun diri dan pemberhentian karyawan kontrak yang secara legal memang diperbolehkan. Tidak ada gejolak sama sekali, semua menerima dengan sukarela," kata Irfan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement