Senin 12 Jun 2023 16:12 WIB

Industri Beberkan Empat Kendala Utama Bangun Smelter

Masalah pasokan energi sudah ada komitmen PLN untuk membantu.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Lida Puspaningtyas
Foto udara kawasan pertambangan batu Gunung Moramo di Kecamatan Moramo Utara, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Senin (13/2/2023). Bahan baku batu di wilayah tersebut banyak diminati perusahaan smelter nikel di Indonesia sebab kandungannya sempurna untuk pemurnian nikel. ANTARA FOTO/Jojon/rwa.
Foto: Antara/jojon
Foto udara kawasan pertambangan batu Gunung Moramo di Kecamatan Moramo Utara, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Senin (13/2/2023). Bahan baku batu di wilayah tersebut banyak diminati perusahaan smelter nikel di Indonesia sebab kandungannya sempurna untuk pemurnian nikel. ANTARA FOTO/Jojon/rwa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong pengembangan hilirisasi melalui pembangunan smelter. Meski sudah cukup cepat, Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif mengatakan industri tetap memerlukan dukungan pemerintah dalam pembangunan smelter.

Irwandi menyebut terdapat empat kendala utama yang menjadi keluhan industri dalam membangun smelter. Poin pertama terkait pendanaan. Kedua, perihal pasokan energi listrik untuk smelter.

"Ketiga itu masalah pembebasan tanah, dan keempat soal perizinan," ujar Irwandi dalam diskusi bertajuk "Untung Rugi Larangan Ekspor Mineral Mentah" di Jakarta, Senin (12/6/2023).

Irwandi menyampaikan, Kementerian ESDM telah menjembatani persoalan industri dengan pihak bank maupun PT PLN (Persero). Irwandi menilai pertemuan tersebut cukup komprehensif dengan mencari jalan keluar atas kendala yang dialami industri.

"Untuk masalah pasokan energi sudah ada komitmen PLN untuk membantu," ucap Irwandi.

Irwandi menyampaikan Kementerian ESDM juga terus berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam menetapkan perlakuan pada setiap mineral. Pasalnya, ucap Irwandi, setiap mineral memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, pun dengan kebutuhan maupun target pasar.

"Jadi memang dalam hal ini setiap komoditas punya karakteristik masing-masing, tapi apa yang kami liat bahwa semua produk-produk hilirisasi tidak boleh berhenti di produk antara, sebagai contoh nikel produk antaranya ada di NPI, ada FeNi, dan ada Nickel Matte, ini masih terus sampai ke besi baja daripada logam dan nikel murni misalnya untuk industri pesawat," lanjut Irwandi.

Irwandi menilai tantangan hilirisasi masih cukup banyak. Ia mencontohkan pada industri timah yang mana tugas Kementerian ESDM sudah selesai dengan adanya timah batangan yang memiliki kadar 99,9 persen. Irwandi berharap terjadi industri lebih hilir, sepeti tin solder, tin plate, tin chemical, yang merupakan turunan lebih ke hilir yang di bawah kewenangan Kemenperin.

"Karena itu kerja sama antara Kementerian ESDM dan Kemenperin sangat diperlukan dan juga industri yang mengelola timah karena ini semakin ke hilir semakin memberi manfaat bagi negara," kata Irwandi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement