Selasa 06 Jun 2023 19:10 WIB

OJK: Tren Pasar Saham Melemah, Ini Penyebabnya

Pasar saham terus mengalami tekanan sejak awal tahun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Anggota Dewan Komisioner OJK periode 2022-2027 sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Inarno Djajadi (tengah).
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Anggota Dewan Komisioner OJK periode 2022-2027 sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Inarno Djajadi (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham domestik terus mengalami tekanan sejak awal tahun. Secara year to date, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah sebesar 3,17 persen. Sementara di Mei lalu, IHSG melemah 4,08 persen ke level 6.633,26 meski sempat menguat 1,62 persen di April. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Ototitas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan, pelemahan pasar saham terjadi seiring meningkatnya volatilitas di pasar keuangan akibat sentimen negatif global. Ketidakpastian global itu turut memengaruhi harga komoditas. 

Baca Juga

"Pelemahan IHSG didorong pelemahan saham di sektor energi dan basic materials yang sejalan dengan perkembangan harga komoditas," ungkap Inarno dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB), Selasa (6/6/2023).

Di sisi lain, aliran modal investor asing yang masuk ke pasar saham sepanjang bulan lalu hanya Rp 1,67 triliun. Angka tersebut menyusut tajam dibandingkan April yang tercatat Rp 12,29 triliun. Sedangkan sejak awal tahun, aliran modal asing yang masuk mencapai Rp 20,58 triliun.

 

Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,91 persen sepanjang Mei lalu dan menguat 5,46 persen sejak awal tahun ke level 363,61. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor asing tercatat Rp 307,32 miliar di sepanjang Mei atau mencapai Rp 695,66 miliar sejak awal tahun. 

Sementara, pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih melanjutkan tren positif dan membukukan dana masuk investor asing. Sepanjang Mei, modal asing yang masuk Rp 7,29 triliun, naik dari April yang sebesar Rp 4,16 triliun.

Hal tersebut mendorong penurunan yield SBN rata-rata 17,70 bps di seluruh tenor. Secara year to date, yield SBN turun rata-rata sebesar 40,51 bps di seluruh tenor dengan investor asing mencatatkan nett buy sebesar Rp 67,79 triliun.

Di industri reksa dana, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp 504,69 triliun atau naik 1,55 persen (mtd) dengan investor reksa dana membukukan nett subscription sebesar Rp 6,66 triliun (mtd). Secara year to date, NAB menurun 0,03 persen dan masih tercatat net redemption sebesar Rp 2,64 triliun.

Penghimpunan dana di pasar modal di Mei masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp 102,10 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 35 emiten. Di pipeline, masih terdapat 117 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 139,29 triliun dengan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 63 perusahaan.

Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, hingga 31 Mei 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 404 penerbit, 153.662 pemodal, dan total dana yang dihimpun Rp 869,47 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement