Ahad 21 May 2023 08:28 WIB

RI Mau Genjot Kendaraan Listrik Tapi Pembangkit Didominasi Batu Bara?

Saat ini pemerintah prioritaskan ekosistem kendaraan listrik dengan sumber yang ada.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung mengamati alat pengisian daya mobil listrik  Kurnia Motors yang dipamerkan pada Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (18/5/2023). Saat ini pemerintah prioritaskan ekosistem kendaraan listrik dengan sumber yang ada.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati alat pengisian daya mobil listrik Kurnia Motors yang dipamerkan pada Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (18/5/2023). Saat ini pemerintah prioritaskan ekosistem kendaraan listrik dengan sumber yang ada.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia tengah menggenjot migrasi penggunaan kendaraan listrik baik motor maupun mobil lewat berbagai subsidi. Namun, nyatanya, mayoritas sumber listrik di Indonesia masih didominasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang menggunakan batu bara.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menuturkan, bagi pemerintah saat ini yang terpenting adalah meningkatkan permintaan masyarakat terhadap kendaraan listrik.

Baca Juga

"Sementara ini, (sumber) listrik yang ada dulu dipakai. Setidaknya itu sudah mengurangi emisi," kata Arifin di Jakarta, akhir pekan ini.

Ia menjelaskan, kendaraan baru yang sudah penuh bertenaga listrik tidak mengeluarkan emisi gas rumah kaca. Kehadiran kendaraan listrik di Indonesia setidaknya akan mengurangi polusi udara seperti yang diharapkan.

Nantinya ketika migrasi terhadap kendaraan listrik semakin besar, diharapkan terdapat aliran investasi yang masuk ke Indonesia untuk membangun pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).

"Inilah yang ingin kita lihat, karena kita perlu berusaha. Tanpa adanya increase demand, mana mungkin ada energi baru yang masuk," ujarnya menambahkan.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, capaian porsi energi baru terbarukan atau EBT pada bauran energi nasional hingga tahun 2022 tercatat baru mencapai 12,3 persen. Jumlah tersebut masih jauh dari target 2025 sebesar 23 persen.

"Jumlah itu masih sangat kecil dan tentu kita harus membuat suatu perencanaan bagaimana bisa mengoptimalkan energi terbarukan semaksimal mungkin," ujar dia.

Dadan menyebut paradigma energi global semakin terpusat pada transisi energi menuju energi bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan. Hal itu sekaligus menjadi tantangan dan kesempatan bagi Indonesia sebagai negara yang mempunyai sumber energi terbarukan yang bervariasi.

Dengan tantangan tersebut, ia menegaskan, Pemerintah Indonesia masih tetap optimistis untuk meningkatkan pemanfaatan potensi EBT. Baik itu untuk kelistrikan maupun pemanfaatan bahan bakar atau biodiesel.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement