REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang, Sugiarto Kasmuri, mendorong mahasiswa yang dikategorikan dalam Gen Z bisa merencanakan keuangan dengan lebih baik. Salah satunya, dengan membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Menurut dia, kebutuhan itu tidak datang secara tiba-tiba. Hal ini berbeda dengan keinginan yang acap datang tiba-tiba. "Jika ini dipenuhi, maka dapat menganggu keamanan dan kenyamanan hidup masa depan," kata Sugiarto dalam kegiatan seminar di Universitas Brawijaya (UB), Kota Malang, beberapa waktu lalu.
Jika ingin investasi, dia merekomendasikan mahasiswa untuk melakukannya di tempat legal dan logis. Adapun ciri-ciri investasi ilegal adalah menjanjikan bonus dari perekrutan anggota baru, memanfaatkan tokoh masyarakat atau influencer, dan menjanjikan keuntungan yang tidak wajar dalam waktu cepat. Investasi ilegal juga mengklaim tanpa risiko dan legalitasnya juga tidak jelas.
Sugiarto juga mengungkapkan, Gen Z memiliki peran kuat dalam ketahanan finansial. Pertama, Gen Z bisa melakukan pengembangan diri secara berkesinambungan terkait literasi keuangan. Kemudian yang kedua, Gen Z dapat menjadi duta literasi keuangan dan agen perubahan.
“Dan terakhir Gen Z ini bisa memanfaatkan kondisi bonus demografi mereka untuk membangun kesadaran masyarakat terkait pentingnya literasi keuangan,” kata dia menambahkan.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan UB, Ahmad Imron Rozuli mengungkapkan, pendidikan literasi manajemen keuangan perlu diberikan untuk mahasiswa. Dengan demikian, mereka dapat menahan pengelolaan keuangan dengan baik. Apalagi, mereka adalah calon generasi unggul untuk mempersiapkan target Indonesia emas 2045.