REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Senin (15/5/2023), melemah 54 poin atau 0,37 persen menjadi Rp 14.805 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp 14.751 per dolar AS.
"Index dollar masih di tren peningkatan dikarenakan masih dianggap safe haven dalam kondisi penuh ketidakpastian dan risiko resesi ekonomi global, serta ekonomi China yang masih lemah," kata Analis Bank Woori Saudara Rully Nova dilansir Antara di Jakarta, Senin (15/5/2023).
Menurut Rully, data-data ekonomi China yang masih lemah mempengaruhi pelaku pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global ke depan. Pada pagi hari, rupiah dibuka Rp 14.790 per dolar AS yang sepanjang hari bergerak dari angka tersebut hingga Rp 14.824 per dolar AS.
"Rupiah hari ini yang diperdagangkan melemah terhadap dolar AS karena penguatan index dollar AS seiring peningkatan risiko ketidakpastian kesepakatan pagu anggaran pemerintah AS," ucap Rully.
Lebih lanjut, Rully menyampaikan, peningkatan risiko ketidakpastian kesepakatan pagu anggaran pemerintah AS akan berakibat pada resesi ekonomi global dan AS, sehingga dolar AS menjadi safe heaven bagi investasi saat risiko meningkat.
"Pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia tidak terlalu signifikan karena perekonomian Indonesia masih mengandalkan pengeluaran belanja domestik," ungkap dia.
Adapun pengaruh dari domestik disebabkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2023 yang diperkirakan lebih tinggi dari kuartal I 2023. Karena itu, dia memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp 14.750–Rp 14.850 per dolar AS.