Rabu 10 May 2023 10:36 WIB

Rupiah Lesu Jelang Rilis Inflasi AS

Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang global melemah terhadap dolar AS.

Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS. Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu (10/5/2023) lesu menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS. Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu (10/5/2023) lesu menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu (10/5/2023) lesu menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Rupiah pada Rabu pagi melemah 15 poin atau 0,10 persen ke posisi Rp 14.757 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.742 per dolar AS.

Baca Juga

"Menjelang rilis data inflasi AS yang diperkirakan belum akan turun secara signifikan, mayoritas mata uang global melemah terhadap dolar AS," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri dilansir Antara di Jakarta.

Reny mengatakan indeks dolar AS (DXY) masih relatif stabil level 101, meskipun dua hari terakhir dolar AS masih cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang utama seiring dengan membaiknya data-data ekonomi AS.

Indeks dolar AS adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap enam mata uang negara utama lainnya, yakni euro Eropa, yen Jepang, pound Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.

Penguatan dolar AS juga berlanjut setelah data sektor tenaga kerja AS menunjukkan perkembangan yang positif. Penambahan pekerjaan Non-Farm Payrolls dirilis di atas ekspektasi menjadi sebesar 253 ribu dan tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,4 persen.

Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), juga masih memberikan indikasi belum akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat. Menurut Reny, tren peningkatan suku bunga global masih berlanjut meskipun Fed rate sudah mencapai terminal rate sebesar 5,25 persen tahun ini.

Selain itu, Bank Sentral Eropa juga menaikkan suku bunga ECB rate sesuai perkiraan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen pekan lalu. Langkah ECB sejalan dengan inflasinya yang kembali naik sebesar tujuh persen pada April 2023 dari perkiraan dan posisi Maret 2023 sebesar 6,9 persen. Pada pekan ini, akan ada pertemuan Bank Sentral Inggris, Bank of England, yang diperkirakan juga masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen.

Sementara dari domestik, setelah rilis inflasi yang tetap terkendali sebesar 0,33 persen (month on month) pada April 2023, pelaku pasar merespons data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2023 yang tetap tumbuh solid sebesar 5,03 persen (year on year/yoy) di atas perkiraan pasar yang sebesar 4,97 persen (yoy). Selain itu, cadangan devisa dirilis menurun sebesar satu miliar dolar AS, tapi masih dalam posisi yang memadai.

Reny memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih bergerak di kisaran Rp 14.690 per dolar AS hingga Rp 14.785 dalam jangka pendek.

Pada Selasa (9/5/2023) rupiah ditutup turun 31 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp 14.742 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.711 per dolar AS.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement