REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemegang saham HSBC akan memberikan suara pada proposal pada rapat umum pemegang saham tahunan bank, Jumat (5/5/2023) petang waktu Hong Kong, termasuk apakah akan melakukan spin-off bisnis Asia.
Resolusi 17 dan 18 dalam agenda, diajukan oleh sekelompok investor yang dipimpin oleh Ken Lui, menyerukan peninjauan strategis perusahaan, termasuk proposal spin-off dan dividen tetap. Mosi ini mendapat dukungan dari pemegang saham utama HSBC Ping An Insurance, yang mengungkapkan pandangan serupa kepada Lui dalam sebuah pernyataan.
Pada Maret, HSBC menyarankan investor untuk menolak kedua resolusi tersebut, sikap yang didukung oleh firma penasehat investor ISS dan Glass Lewis. Pada Selasa lalu, HSBC melaporkan hasil kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan dan memulihkan dividen kuartalannya.
Dilansi CNBC, Jumat (5/5/2023), menjelang pertemuan, Lui mengatakan, beberapa tindakan yang ia lakukan memberikan tekanan pada manajemen, sehingga menghasilkan laporan yang lebih baik dari perkiraan. "Saya puas dengan kinerja kuartal ini. Kami akan terus memantau kinerja manajemen," Lui.
Namun, CEO HSBC Noel Quinn telah menolak resolusi Lui. Ia sebelumnya mengatakan kepada CNBC pada 14 April bahwa dia tidak percaya bahwa dividen tetap adalah tata kelola perusahaan yang bijak dan manajemen modal yang bijak untuk sebuah bank. Dia mengatakan rasio pembayaran dividen lebih seimbang dan merupakan model industri.
Bulan lalu, HSBC juga mengatakan melepas bisnisnya di Asia akan mengakibatkan kerugian material bagi pemegang saham HSBC. Quinn mengatakan manajemen sudah meningkatkan kinerja bank dan berada pada posisi yang sangat baik. Resolusi khusus membutuhkan 75 persen suara untuk disahkan.
Lui menyatakan keyakinannya. Ketika ia menyampaikan resolusi ini, saya sangat yakin bahwa keduanya akan disahkan karena dapat mendorong harga saham HSBC naik. "Sebagai pemegang saham HSBC, meskipun Anda tidak mendukungnya, Anda juga tidak boleh memberikan suara menentangnya," kata Lui.
Michael Makdad, analis ekuitas senior di Morningstar, mengatakan, dia secara pribadi tidak mengharapkan resolusi ini dapat melewati persetujuan 75 persen. Namun, proposal tersebut mencerminkan masalah jangka panjang yang sepertinya tidak akan hilang di HSBC.
Makdad memperkirakan bank akan terus melihat aktivis atau pemegang saham terkemuka memberikan tekanan pada manajemen ke depan. Banyak tekanan bersumber dari fakta bahwa HSBC beroperasi di banyak negara di seluruh dunia, tetapi memperoleh sebagian besar profitabilitasnya dari unit Hong Kong dan Inggris.
"Akan masuk akal untuk menyederhanakan struktur. Namun, sebagai bank, tidak mudah untuk melakukannya," kata Makdad.
Dia menunjuk pada upaya HSBC untuk menjual unit bisnis ritel di Prancis serta operasinya di Kanada. Jika itu berhasil, itu akan bagus. "Tetapi semua hal ini membutuhkan waktu, dan itu tidak sederhana," kata Makdad menambahkan.
Mengingat persoalan di sektor perbankan baru-baru ini di AS dan Eropa, Makdad dengan cepat menambahkan bahwa ini tidak berarti bahwa HSBC adalah bank bermasalah. HSBC adalah bank yang memiliki beberapa operasi hebat di Hong Kong dan tempat lain, serta memiliki beberapa operasi yang sangat menguntungkan dan sangat kuat.
"Meski memang mungkin ada operasi lain yang tidak diperlukan," kata dia.