REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah efisiensi yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menunjukkan hasil yang positif. Hal tersebut tercermin dari rasio Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Rasio Cost Efficiency Ratio (CER) dan Cost to Income Ratio (CIR) yang membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
BOPO BRI di kuartal pertama tahun ini tercatat 64,47 persen, membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 68,26 persen. CER juga membaik dari 45,68 persen di akhir kuartal I 2022 menjadi 42,69 persen di akhir kuartal I 2023. Sementara CIR dari semula 42,23 persen menjadi 41,83 persen.
"Rasio-rasio tersebut menunjukkan kinerja operasional BRI semakin efisien," kata Direktur Utama BRI Sunarso, Kamis (27/4/2023).
Dengan pertumbuhan bisnis dan profitabilitas yang kuat tersebut, BRI mampu menjaga rasio keuangan pada level yang baik. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank berada pada level 84,94 persen. Rasio tersebut menunjukkan kondisi likuiditas BRI masih sangat memadai untuk mendukung pertumbuhan bisnis ke depan.
BRI juga mampu menjaga kondisi permodalan yang kuat dengan CAR mencapai 24,98 persen berada di atas minimum ketentuan regulator yang sebesar 17,5 persen dan risk appetite perusahaan sebesar 19 persen.
"Dengan rasio kecukupan modal yang sangat memadai tersebut, BRI mampu mengantisipasi seluruh risiko utama yang terjadi dalam pengelolaan bank baik risiko pasar, risiko kredit maupun risiko operasional serta mendukung pertumbuhan bisnis ke depan secara jangka Panjang," ungkap Sunarso.
Sunarso melihat perlambatan dan gejolak ekonomi global di tahun 2023 tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomian domestik dengan potensi resesi sebesar dua persen di 2023. Keyakinan itu berdasarkan prediksi dari BRI dengan menggunakan metode Markov Switching Dynamic Model (MSDM).
Metode ini memperkuat evaluasi dan analisa Bloomberg sebelumnya, serta telah terbukti secara akurat pada kasus terdahulu seperti memproyeksi resesi di Indonesia pada ASEAN Financial Crisis tahun 1998 dan saat pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
Oleh karena itu, Sunarso tetap optimistis Indonesia akan mampu bertahan dari ancaman risiko resesi. Menurut Sunarso, prospek dan kinerja industri perbankan khususnya BRI juga akan lebih baik di tahun 2023. "Kami proyeksikan kredit BRI mampu tumbuh di level 10 persen-12 persen dan didukung oleh pertumbuhan pada segmen UMKM khususnya Mikro dan Ultra Mikro," pungkasnya.