Selasa 18 Apr 2023 14:25 WIB

Erick Thohir: Perusahaan Jerman Siap Investasi Rp 68,32 T untuk Pabrik Baterai Indonesia 

Komitmen investasi perusahaan Jerman itu bukti keseriusan RI melakukan hilirisasi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri BUMN Erick Thohir meninjau langsung kesiapan layanan PT KAI dalam menghadapi arus mudik lebaran 1444 Hijriah di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa (18/4/2023).
Foto: Dok. Republika
Menteri BUMN Erick Thohir meninjau langsung kesiapan layanan PT KAI dalam menghadapi arus mudik lebaran 1444 Hijriah di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa (18/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan Indonesia berhasil menjalin kesepakatan dengan perusahaan otomotif Jerman dalam pengembangan baterai kendaraan listrik. Kesepakatan tersebut didapat usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Hannover Messe di Jerman pekan lalu.

"Komitmen invetasi dari VW (Volkswagen) saja 2,6 miliar dolar AS untuk pembangunan baterai mobil listrik, lalu ada BASF (Badische Anilin-und Soda-Fabrik). Totalnya kemarin saat rapat dengan VW dan BASF itu kalau tidak salah sekitar 4,6 miliar dolar AS (Rp 68,32 triliun)," ujar Erick usai meninjau kesiapan mudik di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa (18/4/2023).

Baca Juga

Erick menilai komitmen investasi perusahaan Jerman merupakan bukti nyata dalam keseriusan pemerintah melakukan hilirisasi sumber daya alam (SDA) untuk pengembangan baterai kendaraan listrik. Erick mengatakan politik luar negeri yang bebas aktif menjadi salah satu keuntungan bagi Indonesia dalam membuka kerja sama dengan berbagai pihak, baik China, AS, maupun Eropa.

"Kita buktikan, terlepas ada isu WTO, kita tetap friendly kok sama Jerman, Prancis, AS dalam kerja sama untuk nikel," ucap mantan Presiden Inter Milan tersebut.

Erick mengatakan, Indonesia juga dengan tegas menyatakan keinginan membangun kerja sama yang saling menguntungkan. Erick mengatakan Indonesia siap membantu mendukung industri mobil listrik Eropa. Namun, Eropa pun harus berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja di Indonesia.

"Yang kita keberatan, sebagai negara berkembang jangan istilahnya kita bahan bakunya diambil terus dan tidak terjadi pertumbuhan ekonomi serta lapangan kerja di Indonesia. Harus terjadi hubungan dagang yang saling menguntungkan bukan kita terus yang ditekan agar kita bisa juga jadi negara maju," kata Erick.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement