Rabu 12 Apr 2023 21:00 WIB

CORE Prediksi Ekonomi Indonesia Kuartal I 2023 di Bawah Lima Persen

Proyeksi pertumbuhan ekonomi tepatnya di 4,7 persen hingga 4,9 persen.

Pekerja menyelesaikan pembangunan Krakatau Park di kawasan Bakauheni Harbour City, Lampung, Sabtu (18/3/2023). Progres pembangunan Krakatau Park yang merupakan wisata lokal untuk mendorong percepatan pembukaan lapangan pekerjaan serta pertumbuhan ekonomi daerah tersebut telah mencapai 80 persen dan ditargetkan rampung pada Mei 2023.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja menyelesaikan pembangunan Krakatau Park di kawasan Bakauheni Harbour City, Lampung, Sabtu (18/3/2023). Progres pembangunan Krakatau Park yang merupakan wisata lokal untuk mendorong percepatan pembukaan lapangan pekerjaan serta pertumbuhan ekonomi daerah tersebut telah mencapai 80 persen dan ditargetkan rampung pada Mei 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia,Mohammad Faisal memprediksi ekonomi Indonesia kuartal pertama tahun 2023 tumbuh di bawah lima persen.

"Kami memprediksi di kuartal pertama 2023 ini pertumbuhan ekonomi akan di bawah lima persen, tepatnya di 4,7 persen hingga 4,9 persen, sedangkan untuk full year 2023 4,5 hingga lima persen," kata Faisal dalam diskusi Quarterly Review CORE Indonesia yang dipantau virtual di Jakarta, Rabu (12/4/2023).

Baca Juga

Ia menuturkan pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang antara lain oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih menyumbang separuh dari pertumbuhan ekonomi 2023, sedangkan kontribusi investasi akan lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.

Sementara kontribusi nett ekspor akan sedikit lebih kecil dibanding tahun lalu tapi masih di level 20-an persen, dan yang paling kecil menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi 2023 adalah konsumsi pemerintah.

Konsumsi pemerintah diperkirakan berpeluang mengalami kontraksi tapi tidak akan sedalam tahun 2022. Hal itu tidak terlepas dari normalisasi kebijakan fiskal dan moneter pemerintah. Selain itu, Faisal mengatakan investasi pada 2023 lebih berketahanan terhadap tekanan global bahkan cenderung menguat.

"Investasi di tahun ini kita perkirakan lebih resilient terhadap tekanan global bahkan cenderung menguat," ujarnya.

Faktor pendorong investasi adalah konsumsi masyarakat, ekspansi usaha, pasar domestik tetap lebih baik dibanding global, kredit investasi menguat, hilirisasi minerba, belanja modal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), peningkatan pembangunan fasilitas hilirisasi, serta belanja modal membaik.

Pada 2022 pertumbuhan investasi di sektor manufaktur meningkat 53 persen, dan salah satu faktor pendorong utamanya adalah adanya kebijakan hilirisasi minerba yang terus dijalankan oleh pemerintah, bukan hanya di nikel tapi juga di komoditas-komoditas lain.

"Hilirisasi ini mendorong peningkatan investasi sehingga kalau kita melihat berdasarkan sektor, kita lihat di sektor primer, pertambangan ini yang paling tinggi pertumbuhan investasinya. Industri logam dasar ini adalah industri processing daripada komoditas tambang, ini juga paling tinggi pertumbuhan investasinya di antara seluruh sektor sekunder," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement