Jumat 07 Apr 2023 23:49 WIB

Emiten Komponen Otomotif, Dharma Polimetal Bidik Laba Tumbuh 25 Persen

Dharma Polimetal telah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 500 miliar pada 2023

Pembuatan komponen otomotif di perusahaan manufaktur PT Dharma Polimetal di Cikarang, Bekasi. PT Dharma Polimetal Tbk membidik laba dan pendapatan sebesar 20 — 25 persen pada tahun ini. Hal ini sejalan kondisi pasar nasional maupun ekspor.
Foto: Dok. Dharma Polimetal
Pembuatan komponen otomotif di perusahaan manufaktur PT Dharma Polimetal di Cikarang, Bekasi. PT Dharma Polimetal Tbk membidik laba dan pendapatan sebesar 20 — 25 persen pada tahun ini. Hal ini sejalan kondisi pasar nasional maupun ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emiten manufaktur komponen otomotif,  PT Dharma Polimetal Tbk membidik laba dan pendapatan sebesar 20 — 25 persen pada tahun ini. Hal ini sejalan kondisi pasar nasional maupun ekspor.

Presiden Direktur Dharma Polimetal Irianto Santoso mengatakan perusahaan telah menyiapkan strategi mendorong pendapatan dan laba, salah satunya mempertahankan kinerja dari sisi kualitas biaya dan pengiriman. "Kita tetap mempertahankan performance kita dari segi quality cost and delivery kita kita harus apa menjadi komponen manufacturing company yang dipercaya oleh para pelanggan," ujarnya dalam keterangan tulis, Jumat (7/4/2023).

Menurutnya perusahaan telah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 500 miliar pada 2023. Hal ini mengingat dana tersebut dialokasikan untuk melakukan akuisisi PT Trimitra Chitrahasta sebesar Rp 216 miliar. 

"Kita rencanakan capex tahun ini paling sedikit Rp 500 miliar, salah satunya untuk melakukan akuisisi Trimitra Chitrahasta sebesar Rp 216 miliar dan sisanya untuk membangun juga instalasi atau production utility, mempersiapkan pembuatan baterai komponen baterai pack dari roda empat dan juga untuk model-model baru yang sedang dikembangkan disiapkan oleh customer kita," ucapnya.

Irianto menyebut perusahaan perlu mempersiapkan sejumlah alat maupun mesin untuk menunjang pembuatan komponen baterai pack tersebut."Kita juga harus mempersiapkan tool link-nya, mesin-mesinnya yang harus kita siapkan. Jadi totalnya kurang lebih Rp 500 miliar, sumbernya sebagian besar dari hasil dari internal kas kita karena tahun lalu, kita profit Rp 390 miliar atau 400 miliar," katanya.

Selain itu, perusahaan juga memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 98,54 miliar atau 25 persen dari laba bersih 2022."Kita akan membagikan dividen sekitar Rp 100 miliar, sedangkan yang Rp 300 miliar kita siapkan investasi dan modal kerja," ucapnya.

Para pemegang saham juga menyetujui rencana penggunaan laba ditahan sebesar Rp 294,63 miliar untuk membiayai ekspansi perseroan dan Rp 1 miliar sebagai cadangan umum.

“Tahun 2023, kami bersiap untuk lari lebih kencang lagi untuk meraih berbagai peluang yang tersedia di depan mata, terutama terkait tren perkembangan industri kendaraan listrik yang semakin cerah," ucapnya.

Perusahaan melihat bisnis otomotif akan tetap prospektif pada 2023 di tengah tantangan resesi di tingkat global. Hal ini sejalan dengan meningkatnya permintaan otomotif pada kuartal IV 2022 dan berlanjut ke 2023.

Ke depan perusahaan berharap prospek penjualan kendaraan listrik akan meningkat sejalan dengan pemberian insentif, baik kendaraan roda dua maupun roda empat oleh pemerintah. Adapun rencana pemerintah dalam memberi insentif terhadap kendaraan listrik tersebut telah menumbuhkan harapan akan adanya booming kendaraan listrik.

Sepanjang 2022, penjualan mobil listrik di Indonesia sebanyak 15.437 unit mobil, atau melesat 383,46 dibandingkan penjualan 2021 sebanyak 3.193 unit.

“Kami optimis, tahun ini bisnis otomotif akan kembali bertumbuh, mengingat ekonomi diperkirakan akan tumbuh lebih baik dari perkiraan sebelumnya,” ucapnya.

Pada 2022 perusahaan membukukan laba neto sebesar Rp 396,87 miliar atau meningkat 87 persen yoy dibandingkan 2021 sebesar Rp 212,69 miliar, setelah dikurangi keuntungan penjualan tanah Balaraja, sebesar Rp 92,69 miliar.

Selain itu, perusahaan mencatatkan penjualan yang meningkat 34 persen pada 2022 menjadi Rp 3,91 triliun, dari sebelumnya pada 2021 sebesar Rp 2,91 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement