Selasa 28 Mar 2023 21:01 WIB

Ekonom DBS: Konsumsi Masyarakat Tumbuh 5 Persen pada Kuartal II 2023

Pada kuartal ini, ada banyak perjalanan dan perayaan yang juga mulai dibelanjakan.

Warga berbelanja sembako di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Rabu (7/12/2022). DBS memperkirakan konsumai masyarakat tumbuh hingga lima persen pada Ramadhan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga berbelanja sembako di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Rabu (7/12/2022). DBS memperkirakan konsumai masyarakat tumbuh hingga lima persen pada Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senior Economist DBS Bank Radhika Rao menyebut, konsumsi masyarakat akan tumbuh sekitar 4,8 sampai 5 persen pada kuartal II 2023 dibandingkan kuartal sebelumnya di tengah Ramadhan dan Idul Fitri 2023. Pertumbuhan konsumsi dapat menopang pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2023 yang diperkirakan akan berada sekitar 5 persen secara tahunan.

"Pada kuartal ini, akan ada banyak perjalanan dan perayaan yang juga mulai dibelanjakan di awal Ramadhan. Jadi akan ada penguatan musiman di angka pertumbuhan konsumsi masyarakat," katanya dalam diskusi dengan media di Gedung Bank DBS, Selasa (28/3/2023).

Baca Juga

Sepanjang 2023, konsumsi masyarakat akan lebih stabil dibandingkan 2022 ketika masyarakat membelanjakan uang yang sebelumnya tersimpan di perbankan karena pandemi COVID-19. Namun, konsumsi masyarakat akan ditopang oleh peningkatan upah minimum regional (UMR) yang rata-rata mencapai sebesar 7 persen pada2023.

Dengan konsumsi masyarakat yang diperkirakan masih bertumbuh pada 2023, Radhika memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 5 persen secara tahunan sepanjang 2023.

"Jadi kita telah kembali ke level rata-rata sebelum pandemi sebesar 5 persen, jadi itu akan sedikit lebih rendah dibandingkan dari tahun lalu," katanya.

Investasi juga diperkirakan akan tetap tumbuh ditopang oleh kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi komoditas sumber daya alam (SDA), tetapi pertumbuhan investasi tertahan oleh peningkatan cost of financing karena kenaikan suku bunga acuan.

Sementara itu, ekspor diproyeksi akan melemah karena penurunan harga komoditas SDA tahun ini dibandingkan tahun lalu, tetapi nilainya masih lebih tinggi dibandingkan 2019. "Tahun ini, kami sebenarnya mengharapkan surplus neraca berjalan untuk tahun ketiga berturut-turut, yang berarti stabilitas eksternal cukup stagnan," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement