Senin 27 Mar 2023 14:55 WIB

Profit Industri Cina Semakin Merosot

Cina masih kesulitan keluar dari dampak jangka panjang pandemi Covid-19.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Seorang pria bekerja di pabrik Dongfeng Yueda KIA Motors di Yancheng, provinsi Jiangsu, Cina. Profit perusahaan industri Cina semakin merosot pada dua bulan pertama 2023.
Foto: EPA-EFE/ALEX PLAVEVSKI
Seorang pria bekerja di pabrik Dongfeng Yueda KIA Motors di Yancheng, provinsi Jiangsu, Cina. Profit perusahaan industri Cina semakin merosot pada dua bulan pertama 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Profit perusahaan industri Cina semakin merosot pada dua bulan pertama 2023. Dibebani lemahnya permintaan dan tingginya biaya produksi sementara perekonomian terbesar kedua di dunia itu masih kesulitan keluar dari dampak jangka panjang pandemi Covid-19.

Biro Statistik Nasional (NBS) Cina merilis data yang menunjukkan kontraksi sebesar 22,9 persen diikuti jatuhnya profit industri sebesar 4,0 persen di seluruh 2022 menunjukkan awal yang suram bagi sebagian besar pabrik di Cina. Berdasarkan pernyataan NBS, Senin (27/3/2023) pakar statistik NBS Sun Xiao mengatakan penurunan disebabkan lesunya permintaan meski produksi industri naik.

Pengamat dari China Everbright Bank, Zhou Maohua mengatakan penurunan profit sektor otomotif menyeret profit manufaktur. Sebagian besar berkat permintaan, biaya produksi, turunnya subsidi otomotif dan perang harga.

"Saat ini harga komoditas internasional masih di level tinggi dan permintaan dari luar negeri masih rendah, departemen industri dan manufaktur masih membutuhkan dukungan kebijakan, mengurangi tekanan fiskal, biaya produski dan pembiayaan dan menstabilkan kepercayaan perusahaan," kata Maohua.

Profit perusahaan asing turun 37,5 persen, perusahaan sektor swasta turun 19,9 persen. Dengan rincian laba 88,7,21 miliar yuan atau 128,92 miliar dolar AS.

Dalam dua bulan pertama profit 28 dari 41 sektor industri besar mengalami penurunan. Pabrik komputer, telekomunikasi, dan perangkat elektronik lainnya melaporkan penurunan terbesar sekitar 77,1 persen.

Data NBS mengikuti serangkaian indikator ekonomi lain yang menunjukkan pemulihan tidak merata dampak pandemi Covid-19. Pada awal bulan ini data menunjukkan produksi pabrik pada Januari dan Februari naik 2,4 persen. Di bawah prediksi jajak pendapat ekonom Reuters yang sekitar 2,6 persen.

Penjualan ritel kembali tumbuh, sementara investasi properti masih turun meski pemerintah sudah mengeluarkan bantuan untuk mendorong pasar perumahan. Beijing menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen pada tahun ini.

Pada bulan ini bank sentral Cina juga memotong jumlah uang cadangan yang wajib bank miliki untuk membantu pemulihan ekonomi. Media pemerintah Cina melaporkan di rapat Dewan Negara atau kabinet, Perdana Menteri yang baru Li Qiang berjanji mendorong perekonomian pertumbuhan ekonomi sambil menghindari resiko besar dengan efektif.

Angka profit industri mencakup perusahaan-perusahaan yang pendapatan tahunannya minimal 20 juta yuan dari operasi utama mereka.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement