REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mulai tegas melarang penjualan barang bekas impor atau thrifting. Hal itu mendapat respons beragam, terlebih thrifting menjadi ekosistem tersendiri bagi para pelaku dan penggemarnya.
Kini tren thrifting kembali marak, salah satunya karena penjualan yang masif di TikTok. Founder & Owner jenama fashion lokal RiaMiranda, Pandu Rosadi mendukung kebijakan pemerintah terkait thrifting. Menurut dia, tren tersebut akan berpengaruh terhadap perputaran perekonomian kemajuan merek lokal.
“Edukasi kepada masyarakat untuk mendukung brand lokal akan semakin menantang,” kata Pandu saat dihubungi, Selasa (21/3/2023).
Produk thrifting yang beredar saat ini mayoritas berasal dari luar negeri dan bekas pakai. Padahal, menurut Pandu, produk brand lokal juga memiliki kualitas bagus dan dampaknya luas terhadap ekonomi di industri kreatif fashion.
Tren thrifting yang menjamur kini juga kerap dipengaruhi faktor harga. Banyak orang tertarik karena harganya yang miring termasuk untuk dijadikan koleksi.
Terkait harga, menurut Pandu, juga berpengaruh terutama karena dampak dari serbuan impor dari Cina. Brand lokal sama-sama mengakui bahwa dari segi harga, poin impor Cina akan lebih unggul.
Tetapi ketika komposisi produk impor Cina akan lebih besar, maka kesempatan brand lokal untuk maju berkembang di negeri sendiri semakin berat. Konsumen pun tidak mendapat kesempatan untuk edukasi terkait dengan kualitas produk lokal.
Pandu menambahkan strategi harga ini tergantung dari segmentasi marketnya. Memang jika menyasar market di bawah, meskipun dalam skala besar, tapi segmen tersebut cukup sensitif.
“Tapi pastinya market tersebut price sensitive,” kata Pandu.
RiaMiranda sejak awal mengutamakan kualitas dalam setiap helai koleksinya. Desainnya terinspirasi nilai Islam dan bertujuan menghasilkan produk gaya hidup untuk menginspirasi nilai kebaikan. RiaMiranda juga termasuk brand yang mendukung fashion berkelanjutan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika