Senin 13 Mar 2023 09:30 WIB

Mengekor Bursa Global, IHSG Dibuka Melemah

Investor masih akan menilai jalur kenaikan suku bunga serta dampak ekonominya.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022) (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Senin (13/3/2023). Melanjutakan penurunan di akhir pekan lalu, IHSG pagi ini melemah tipis 0,17 persen ke level 6.753,87.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022) (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Senin (13/3/2023). Melanjutakan penurunan di akhir pekan lalu, IHSG pagi ini melemah tipis 0,17 persen ke level 6.753,87.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Senin (13/3/2023). Melanjutakan penurunan di akhir pekan lalu, IHSG pagi ini melemah tipis 0,17 persen ke level 6.753,87.

Pergerakan IHSG sejalan dengan bursa saham global. Salah satunya yaitu indeks Nikkei 225 Tokyo terkoreksi tajam lebih dari tiga persen. Shanghai Composite dan Strait Times juga dibuka turun pagi ini. 

Baca Juga

"Indeks saham di Asia dibuka melemah setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu berakhir turun tajam akibat aksi jual yang di picu oleh runtuhnya Silicon Valley Bank," menurut Phillip Sekuritas Indonesia, Senin (13/3/2023).

Sepanjang pekan lalu ketiga indeks saham utama di Wall Street mencatatkan penurunan dengan DJIA jatuh 4,44 persen, terburuk sejak Juni. Sementara S&P 500 terpangkas 4,55 persen dan NASDAQ kehilangan 4,71 persen.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun hampir 23 bps menjadi 3,69 persen. Ini merupakan penurunan satu hari terbesar sejak 10 November 2022.

Lebih lanjut, yield US Treasury Note bertenor dua tahun anjlok 30,3 bps menjadi 4,6 persen. Yield telah turun 45 bps dalam dua hari terakhir dan merupakan penurunan terbesar sejak krisis finansial global 2008.

Untuk hari ini, investor masih akan menilai jalur kenaikan suku bunga serta dampak ekonomi dari siklus pengetatan kebijakan moneter selama ini. Masalah yang dihadapi SVB dipandang sebagai akibat dari suku bunga AS yang lebih tinggi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement